Suara.com - Belum usai pandemi virus corona, kini Republik Demokratik Kongo (DRC) dilanda wabah cacar monyet. Sejauh ini penyakit itu telah menyebabkan 10 orang meninggal dan 141 orang lainnya terinfeksi.
"Sejak pekan pertama pengawasan sampai 33 pekan ke depan, kami telah mengonfirmasi 141 kasus, dengan 10 kematian," kata Dr. Aime Alengo, pejabat kesehatan di Provinsi Sakuru, dikutip dari Antara.
Mayoritas yang terserang penyakit ini ialah anak di bawah usia 5 tahun. Kongo sendiri merupakan satu dari segelintir negara di Afrika yang masih memiliki kasus penyakit ini.
Dalam Buletin Health Emergencies pada Selasa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kawasan Afrika mengatakan: "Salah satu tantangan besar dalam keadaan darurat saat ini di antaranya memperoleh dana yang dibutuhkan untuk menanggapi semua wabah yang sedang terjadi di negara tersebut."
Baca Juga: Kongo Deklarasikan Bebas dari Wabah Ebola
Virus cacar monyet merupakan genus orthopoxvirus yang menyebabkan suatu penyakit dengan gejala serupa, namun tidak begitu parah, dengan cacar. Meski cacar berhasil diberantas pada 1980, cacar monyet masih terus terjadi di sejumlah negara di Afrika Tengah dan Barat.
Virus cacar monyet kebanyakan ditularkan ke manusia dari hewan liar seperti pengerat dan primata, namun penularan antar manusia juga bisa terjadi, menurut WHO.
Seperti diketahui, negara Afrika Tengah itu juga sedang berjuang melawan campak dan wabah Covid-19.
Pekan ke-32 (9 Agustus 2020), 418 kasus campak, termasuk tujuh kematian dilaporkan di negara tersebut.
Provinsi yang melaporkan sebagian besar kasus di antaranya Provinsi Sankuru dan South Ubangi.
Baca Juga: Diserang ADF, Prajurit TNI Gugur Dalam Misi Perdamaian PBB di Kongo
Rasio kematian tinggi terjadi di Maniema dan Sankuru. Sejak 2019 total 380.766 kasus campak dan 7.018 kematian dilaporkan di negara tersebut, menurut kantor WHO cabang Afrika.