Suara.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN), Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan bahwa mutasi virus corona penyebab sakit Covid-19 yaitu D614G sudah ada sejak Januari 2020 di Jerman dan China.
D614G ini diketahui setelah peneliti menemukan dengan metode whole genom sequencing, untuk menganalisa karakter dari virus.
Whole genom sequencing dilakukan masing-masing negara termasuk Indonesia, untuk kemudian dilaporkan kepada bank data virus influensa atau GISAID.
"Saat ini Indonesia sudah menyampaikan 34 tepatnya squence genom SARS CoV 2 kepada GISAID, di mana hanya 24 yang kemudian dilakukan analisa lebih lanjut. Karena 24 ini dianggap sudah memenuhi syarat sebagai whole genom sequencing ," ujar Prof. Bambang dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (2/9/2020).
Baca Juga: Mutasi Covid-19 yang Lebih Menular Baru Sebatas Hasil Uji Lab
Hasilnya, data menunjukkan mutasi D614G tersebut sudah ada hampir di seluruh dunia, dan persebarannya mendominasi seluruh negara dengan persentase mutasi virus D614G sekitar 78 persen yang telah menginfeksi warga dunia.
"Dari seluruh dunia pada dasarnya sudah sekitar 78 persen yang mengandung mutasi D614G. Jadi artinya mutasi D614G ini sudah mendominasi virus SARS CoV 2 itu sendiri," terang Prof. Bambang.
Keberadaan D614G ini juga sudah ada di Indonesia. Pernyataan tersebut berdasarkan 24 squence genom SARS CoV 2 yang dilakukan di Indonesia dengan 9 di antaranya mengandung D614G.
Sehingga dari 24 jenis virus corona penyebab sakit Covid-19, 9 terdapat virus mutasi D614G. "Bisa kami sampaikan 9 mengandung mutasi D614G, yaitu 2 dari Surabaya, 3 dari Yogyakarta, 2 dari Tangerang dan Jakarta, dan 2 dari Bandung," paparnya.
Baca Juga: 10 Kali Lebih Menular, Satgas Awasi Mutasi D614G Virus Corona di Indonesia