Vaksin Masih Diuji Klinis, Kasus Covid-19 Rusia Tembus 1 Juta

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 01 September 2020 | 16:31 WIB
Vaksin Masih Diuji Klinis, Kasus Covid-19 Rusia Tembus 1 Juta
Peneliti menunjukan vaksin Covid-19 yang dikembangkan laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gameleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. [Handout / Russian Direct Investment Fund / AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rusia mengalami penambahan jumlah kasus baru virus Corona Covid-19, sementara vaksin Sputnik V masih dalam tahap uji klinis.

Dilansir Anadolu Agency, jumlah total kasus Covid-19 di Rusia telah menembus angka satu juta pada Selasa (1/9/2020), dengan 4.729 kasus baru dilaporkan selama 4 jam terakhir.

Selama periode yang sama, pemulihan meningkat 6.318 orang, sehingga jumlah total menjadi 815.705, sementara 123 nyawa kembali hilang, sehingga jumlah total kematian akibat virus menjadi 17.299.

Penyebaran virus korona di seluruh Rusia tidak merata.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Makin Banyak, Chile Gunakan Obat Avifavir Buatan Rusia

Beberapa wilayah belum mendaftarkan kasus baru selama berminggu-minggu, sementara sejumlah wilayah lain mengalami peningkatan jumlah kasus dan kematian.

Sejak muncul pertama kali di China Desember lalu, Covid-19 telah merenggut lebih dari 850.600 nyawa di 188 negara dan wilayah.

Amerika Serikat, Brasil dan India saat ini menjadi negara yang paling parah terkena dampaknya.

Hampir 25,5 juta kasus virus korona telah dilaporkan di seluruh dunia sejauh ini, dengan pemulihan mencapai lebih dari 16,82 juta.

Vaksin Sputnik V Masih Uji Klinis

Baca Juga: Amankah Mendapat Vaksin Flu di Tengah Pandemi Covid-19

Vaksin Sputnik V buatan Rusia sempat mendapat kritik dari dunia internasional, yang mengklaim pembuatan vaksin terlalu terburu-buru.

Namun, pemerintah Rusia menjawab kritik terhadap vaksin virus Corona Covid-19 buatannya.

"Vaksin yang dihadirkan saat ini juga akan melindungi individu (yang divaksin) dari COVID-19, setidaknya, dalam jangka waktu dua tahun, dan mungkin saja lebih lama," ujar Direktur Institut Riset Nasional Gamaleya, dr. Alexander Gintsburg dari Moskow, Rusia, dilansir ANTARA, Kamis (20/8/2020).

Rusia mengembangkan Sputnik V dengan basis penelitian terhadap human adenovirus -- yang juga digunakan dalam pengembangan vaksin ebola di Republik Guinea.

Respons imun pada vaksin ebola yang sudah terdaftar itu berlangsung selama dua tahun, dan inilah yang menjadi tolok ukur pada Sputnik V.

Vaksin Sputnik V adalah vaksin yang mempunyai dua komponen, yakni serotipe adenovirus 26 (Ad26) dan serotipe adenovirus 5 (Ad5), demikian dijelaskan lebih lanjut oleh dr. Denis Logunov, Wakil Direktur Kinerja Ilmiah Institut Gamaleya.

Logunov mengklaim bahwa serangkaian uji klinis telah dijalankan dengan menunjukkan hasil yang baik dan tanpa efek samping, atau terjadi efek samping namun tidak serius, sehingga otoritas kesehatan Rusia mengeluarkan izin untuk vaksin yang dikembangkan Gamaleya tersebut.

"Terlepas dari hal itu, sertifikat izin ini mewajibkan kami untuk menjalankan uji klinis lanjutan yang lebih luas, dan nampaknya kami mempunyai protokol besar untuk 40.000 orang peserta," kata Logunov.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI