Selain Imunisasi, Pandemi Covid-19 Juga Ganggu Layanan Kesehatan Lainnya

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 01 September 2020 | 13:33 WIB
Selain Imunisasi, Pandemi Covid-19 Juga Ganggu Layanan Kesehatan Lainnya
Ilustrasi rumah sakit saat pandemi. [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelayanan kesehatan di seluruh dunia terganggu karena adanya pandemi Covid-19. Layanan mana yang paling terpengaruh?

Dilansir VOA Indonesia, survei baru oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pandemi Covid-19 telah mengganggu layanan kesehatan penting di hampir setiap negara.

Negara berpenghasilan rendah dan menengah paling terpengaruh.

WHO mengatakan ini kemungkinan akan menambah beban kesehatan masyarakat dari penyakit yang disebabkan oleh virus corona.

Baca Juga: WHO Kritik Negara yang Buka Pariwisata dan Sekolah Tanpa Rencana

Di antara 105 negara yang menanggapi survei itu, 90 persen melaporkan sekurangnya gangguan sebagian di setidaknya satu dari 25 layanan penting.

Separuh lebih melaporkan gangguan dalam diagnosa dan pengobatan kanker.

Program malaria terpengaruh di hampir separuh negara responden; tuberkulosis di lebih dari dua perlima negara; dan pengobatan HIV pada sepertiga negara.

Negara-negara berpenghasilan rendah menanggung beban dampak terberat.

Di antara negara-negara yang melaporkan gangguan pada setidaknya 75 persen layanan penting, hampir separuhnya berpenghasilan rendah.

Baca Juga: Masker Unik Ala Lady Gaga

Hanya 4 persen dari negara berpenghasilan tinggi yang melaporkan tingkat gangguan ini.

Layanan yang paling sering terganggu adalah program imunisasi rutin, yang berdampak pada 70 persen negara responden, diikuti diagnosis, dan pengobatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung atau diabetes (69 persen), keluarga berencana dan kontrasepsi (68 persen), dan perawatan kesehatan mental (61 persen).

Sekolah dan Pariwisata Dibuka Terlalu Awal Sumber Bencana

Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengakui bahwa banyak masyarakat yang merasa lelah dengan pembatasan sosial dan ingin kembali ke kehidupan normal setelah delapan bulan pandemi.

WHO mendukung penuh upaya untuk membuka kembali perekonomian dan kehidupan sosial, namun wajib dilakukan secara terukur dengan rencana matang.

"Kami ingin melihat anak-anak kembali ke sekolah dan masyarakat kembali ke tempat kerja, namun kami ingin melihat itu dilakukan secara aman," tuturnya.

"Tak ada negara yang dapat berpura-pura bahwa pandemi berakhir," ucapnya.

Tedros mengatakan langsung membuka perekonomian dan sekolah bisa jadi sumber bencana berikutnya.

"Kenyataannya adalah virus menyebar dengan mudah. Membuka diri tanpa pengendalian menjadi sebuah resep bencana," ungkap Tedros.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI