Arak Bali untuk Treatment Covid-19, Pasien Kanker Tak Bisa Dapat Vaksin

Vania Rossa Suara.Com
Sabtu, 29 Agustus 2020 | 20:23 WIB
Arak Bali untuk Treatment Covid-19, Pasien Kanker Tak Bisa Dapat Vaksin
Arak Bali [Dinda/Suara.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bali menempatkan diri sebagai daerah dengan tingkat kesembuhan Covid-19 terbaik dari seluruh Indonesia. Tingkat kesembuhannya mencapai 87,13 persen. Dan yang unik, hal ini kemungkinan karena treatment tambahan yang diberikan Dinkes Bali untuk pasien Covid-19. Yaituarak Bali! 

Seluruh dunia, saat ini tengah menunggu pembuatan vaksin Covid-19 agar pandemi bisa berakhir. Namun bagi pengidap kanker, terutama yang tengah menjalani program kemoterapi, sekalipun vaksin telah tersedia, mereka tidak bisa langsung mendapatkannya. Kenapa?

Simak 5 berita menarik lainnya di bawah ini!

1. Unik, Dinkes Bali Gunakan Arak Sebagai Tambahan Treatment Pasien Covid-19

Baca Juga: Akhirnya, AS Izinkan Plasma Darah untuk Pengobatan Covid-19

Arak Bali [Dinda/Suara.com]
Arak Bali [Dinda/Suara.com]

Wakil Gubernur Provinsi Bali Dr. Ir. Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, menyampaikan per 27 Agustus 2020, pulau Dewata menempatkan diri sebagai daerah dengan tingkat kesembuhan Covid-19 terbaik dari seluruh Indonesia.

"Data terakhir per 27 Agustus, kumulatif sebanyak 4808 kasus Covid-19, dengan tingkat kesembuhan yang tinggi yaitu 4189 orang, yaitu 87,13 persen, terbaik dari seluruh Indonesia untuk kesembuhan di provinsi Bali," ujar Asisten 2 Perekonomian dan Pembangunan Prov. Bali, Ni Luh Made Wiratmi, saat membacakan sambutan Wagub Bali dalam acara Penandatanganan Kerjasama antara INACA dan PHRI di Denpasar, Bali, Sabtu (29/8/2020).

Baca selengkapnya

2. Pasien Kanker Tidak Bisa Langsung Mendapatkan Vaksin Covid-19

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)

Dunia saat ini tengah menunggu pembuatan vaksin Covid-19 agar pandemi bisa berakhir. Namun bagi pengidap kanker, terutama yang tengah menjalani program kemoterapi, sekalipun vaksin telah tersedia, mereka tidak bisa langsung mendapatkannya.

Baca Juga: Diragukan, Trump Sebut Pengobatan Covid-19 Lewat Plasma sebagai Terobosan

Dokter spesialis anak hematologi onkologi Dr. dr. Murti Andriastuti, Sp.(A)k menjelaskan bahwa pasien kanker harus lebih dulu menyelesaikan program kemoterapi baru bisa mendapatkan vaksin.

Baca selengkapnya

3. Update Covid-19 Global: Lonjakan Kasus Pada Kelompok Usia Muda di Inggris

Pandemi Covid-19. (Pexels)
Pandemi Covid-19. (Pexels)

Update Covid-19 hari ini, Sabtu (29/8/2020), menunjukkan Inggris alami lonjakan kasus infeksi baru Covid-19 pada kelompok usia muda. Selama dua minggu terakhir, kasus baru meningkat pada mereka yang berusia 20-29 tahun.

Anak-anak muda itu bertanggung jawab untuk melakukan tes, kata West Midlands Combined Authority pada hari Jumat (28/8). Dr Sue Ibbotson, Direktur Kesehatan Masyarakat Inggris untuk West Midlands, mendesak anak muda untuk terus mengikuti pedoman pemerintah selama hari libur untuk mengurangi risiko penguncian lokal.

Baca selengkapnya

4. Untuk Kalian yang Hobi Rebahan, Simak Pesan dari Denada

Denada [Yuliani/Suara.com]
Denada [Yuliani/Suara.com]

Sebagian orang suka rebahan, terutama ketika sedang libur seperti akhir pekan ini. Padahal sering rebahan kurang baik bagi kesehatan tubuh lho, karenanya Denada yang kini menjadi instruktur Zumba punya pesan untuk mereka yang hobi rebahan.

"Rebahan semua orang suka, hanya kita harus punya pertanggungjawaban terhadap tubuh, penelitian kesehatan seluruh dunia menunjukkan manusia itu membutuhkan olahraga untuk menjaga kebugaran, menjaga imunitas, apalagi masa pandemi (COVID-19) ini, penting sekali (berolahraga)," ujarnya dalam bincang media via virtual, Jumat (28/8/2020), dilansir Antara.

Baca selengkapnya

5. 20 Tahun fobia Sayur dan Buah, Perempuan Ini Bisa Sembuh dengan Hipnoterapi

Ilustrasi fobia sayuran dan buah. [shutterstock]
Ilustrasi fobia sayuran dan buah. [shutterstock]

Seorang perempuan berhasil melawan ketakutannya memakan sayur dan buah berkat terapi hipnoterapi. Sebelumnya, Jenny Edgar (32) asal Inggris hanya mengonsumsi keju, keripik dan pasta selama lebih dari 20 tahun.

Jenny akan muntah setiap kali mencoba makan sayur dan buah. Bahkan makan malam Natal pun ia hanya memakan keju makaroni dan segelas air. 

Baca selengkapnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI