Studi tersebut menghasilkan temuan bahwa karena umumnya tidak ada yang berbicara selama menonton di bioskop, jumlah aerosol yang dihirup di bioskop hanya 0,3 persen dibandingkan dengan yang ada di kantor. Terlepas dari durasi waktu menonton.
Sepuluh persen dari mereka yang terinfeksi membuat risiko infeksi yang lebih rendah untuk orang yang tidak terinfeksi di bioskop, daripada satu orang yang terinfeksi di kantor tertutup.

Selain itu, bioskop memiliki ventilasi yang lebih baik daripada kantor. Di bioskop ada yang biasa disebut Displacement ventilation, ini membuat udara mengalir ke atas ruangan dengan pasokan udara segar dari bawah.
Proporsi udara segar bisa ditingkatkan hingga 100 persen. Sehingga aerosol dan virus dapat dihilangkan 100 persen dalam proses ventilasi.
Pada saat yang sama, Institut Hermann Rietschel mengatakan, "Dengan semua pertimbangan, harus dicatat bahwa konsentrasi aerosol dalam aliran volume yang dihembuskan langsung seseorang secara signifikan lebih tinggi dan pertimbangan tersebut tidak dapat digunakan untuk area ini."
Selain itu, tidak ada pernyataan tentang kemampuan bertahan hidup virus di udara ruangan, yang bergantung pada suhu dan kelembapan.
Meski risiko penularan virus corona Covid-19 di bioskop cenderung rendah, namun bukan berarti sama sekali tidak ada risiko.
"Jika teater melakukan segalanya dengan benar, teater seharusnya memiliki risiko penularan Covid-19 orang-ke-orang yang lebih kecil daripada banyak tempat lain yang dikunjungi orang sekarang," kata Natascha Tuznik, seorang profesor penyakit menular di UC Davis Health, dikutip dari laman UC Davis Health.
Baca Juga: Ketua MPR: Jangan Terburu Buka Bioskop Sebelum Covid-19 Turun Signifikan