Suara.com - Dokter-dokter di Korea Selatan akan melakukan mogok kerja mulai hari ini, Rabu 26 Agustus 2020, di tengah gelombang kedua virus Corona yang melanda.
Dilansir Anadolu Agency, protes dilakukan kepada pemerintah terkait rencana pembukaan 4.000 penerimaan sekolah kedokteran untuk 10 tahun ke depan, guna memperluas jangkauan layanan kesehatan.
Menurut kantor berita Yonhap, ribuan dokter trainee telah melakukan protes selama satu minggu terakhir.
Semakin banyak dokter diperkirakan bergabung dalam aksi mogok skala penuh minggu ini, meningkatkan kekhawatiran soal layanan kesehatan negara itu.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Korsel Desak Dokter Batalkan Aksi Mogok Kerja
Rencana mogok ini dikhawatirkan berdampak luas pada sistem kesehatan karena pasien dirugikan akibat aksi mogok di sejumlah rumah sakit.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Korea Selatan memperingatkan soal tindakan tegas yang akan diberlakukan terhadap para demonstran dan mengeluarkan perintah untuk kembali bekerja.
Namun, otoritas masih mencari solusi yang bersahabat untuk mengakhiri krisis tersebut.
"Tidak tepat untuk mengangkat masalah ini karena kami sedang dalam pembicaraan dengan sektor medis," kata Son Young-rae, seorang pejabat kesehatan senior,seperti dikutip Yonhap.
Pada Selasa (25/8), Korea Selatan melaporkan 280 kasus Covid-19 baru selama 24 jam terakhir, sehingga totalnya menjadi 17.945.
Baca Juga: Firasat Dokter Umum Bisa Prediksi Pasien Akan Idap Kanker, Gimana Caranya?
Negara itu juga melaporkan satu orang meninggal, sehingga jumlah total kematian menjadi 310.
Pada Minggu, pihak berwenang memperluas aturan jarak sosial level-2 ke semua wilayah yang awalnya diberlakukan hanya di Ibu Kota Seoul dan melarang pertemuan dengan 10 orang atau lebih.
Sementara itu dilansir Channel News Asia, aksi mogok kerja pada Rabu (26/8) ini memaksa lima rumah sakit umum besar negara itu membatasi jam kerja dan menunda sejumlah jadwal operasi.
Awal pekan ini, para dokter mencapai kesepakatan dengan pemerintah untuk menangani pasien virus corona, namun gagal menemukan kompromi terkait permasalahan yang lebih luas.
"Pemerintah saat ini tak punya pilihan selain mengambil tindakan hukum yang diperlukan seperti perintah untuk membuka jam praktik agar tidak membahayakan nyawa dan keselamatan warga," ujar Menteri Kesehatan Korsel, Park Neung-hoo.
"Kami mendesak semua tenaga training dan semua dokter untuk segera kembali bekerja," sambungnya.
Park menyebut Asosiasi Medis Korea (KMA) dan Asosiasi Penduduk Intern Korea (KIRA) telah menolak beberapa tawaran pemerintah.
Dalam sebuah pertanyaan, KMA mengatakan komunitas medis selalu terbuka untuk segala kemungkinan dalam diskusi dengan para pemerintah, dan para dokter enggan melakukan aksi mogok.
"Kami dengan tulus ingin kembali. Kmai meminta warga untuk mendengarkan suara kami sehingga kami dapat bertemu dengan pasien secepat mungkin," ujar pernyataan KMA.