Suara.com - Kepala Food and Drugs Administration, Stephen Hahn, meminta maaf kepada publik. Sebab, ia telah membesar-besarkan manfaat terapi plasma darah yang belum diuji secara serius.
Dilansir VOA Indonesia, Hahn pada Selasa (25/8) waktu setempat meminta maaf setelah klaim tentang plasma darah dikritik oleh sejumlah lembaga penelitian dan kesehatan, termasuk Mayo Clinic.
Para ilmuwan dan ahli medis menolak klaim mengenai pengobatan tersebut setelah Presiden Donald Trump, Minggu lalu mengumumkan keputusan FDA yang mengeluarkan otorisasi darurat terkait plasma yang bisa menyembuhkan.
Terapi plasma darah diambil dari pasien yang pulih dari virus corona dan memproduksi antibodi dalam tubuhnya.
Baca Juga: Teknik Perawatan Berusia 100 Tahun, Diklaim Bisa Sembuhkan Pasien Covid-19
Trump memuji keputusan itu sebagai terobosan bersejarah meskipun nilai perawatannya belum diketahui.
Pengumuman Trump pada malam Konvensi Nasional Partai Republik itu menimbulkan kecurigaan adanya muatan politik untuk mengimbangi kritikan terhadap presiden dalam penanganan pandemi di AS.
Permintaan maaf Hahn tersebut terjadi pada saat kritis bagi FDA yang mendapat tekanan kuat dari Gedung Putih, untuk memastikan apakah vaksin yang akan datang itu aman dan efektif dalam mencegah COVID-19.
Angka 35 persen itu mengundang kecaman dari sejumlah ilmuwan lain dan beberapa mantan pejabat FDA, yang meminta Hahn untuk mengoreksi keterangannya itu.
Plasma penyembuh itu merupakan cara lama yang berasal dari seabad lalu untuk mengobati flu, campak, dan virus lainnya.
Baca Juga: WHO Ragu Terapi Plasma Darah Ampuh Obati Covid-19, Kenapa?
Namun bukti sejauh ini belum meyakinkan mengenai keberhasilan, kapan harus diberikan dan dosis yang diperlukan.