Suara.com - Presiden Brasil Jair Bolsonaro benar-benar mempromosikan obat klorokuin sebagai penyembuh Covid-19. Obat ini bahkan diberikan pada anak pertamanya yang baru-baru dinyatakan positif Covid-19.
Dilansir ANTARA, putra sulung Presiden Jair Bolsonaro sekaligus Senator Brazil, Flavio Bolsonaro, terinfeksi virus corona, menurut pernyataan juru bicara Flavio.
Flavio tidak mengalami gejala COVID-19 dan kini berada di kediamannya, katanya.
Juru bicara menyebutkan Flavio sudah mulai mengonsumsi klorokuin dan azithromycin sebagai bagian dari pengobatan melawan virus tersebut.
Baca Juga: Ditanya soal Istri, Presiden Brasil Meradang Ingin Jotos Mulut Reporter
Presiden Bolsonaro merupakan pendukung fanatik klorokuin, obat yang digunakan untuk mengobati malaria, meski tidak ada bukti kuat bahwa obat itu manjur untuk melawan virus corona.
Bolsonaro sendiri sebelumnya juga dinyatakan positif virus corona.
Istrinya, Michelle Bolsonaro, dan juga putra bungsu mereka, Jair Renan, mengalami hal serupa.
WHO Hentikan Uji Coba Klorokouin
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dikabarkan akan menghentikan pepercobaan hydroxychloroquine pada pasien Covid-19. Obat malaria yang digadang-gadang bisa menyembuhkan dari virus corona ternyata memiliki efek samping yang berbahaya.
Baca Juga: Kirim Petisi, Alumni Unair Minta Transparansi Penelitian Obat Covid-19
Menyadur dari The Guardian, Selasa (26/05), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan akan menghentikan sementara hydroxychloroquine dari percobaan global setelah ditemukan masalah keamanan.
Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dalam sebuah makalah yang diterbitkan pekan lalu di Lancet, menunjukkan bahwa orang yang menggunakan hydroxychloroquine memiliki risiko kematian dan masalah jantung yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak menggunakan.
"Kelompok eksekutif telah menghentikan sementara percobaan hydroxychloroquine dalam uji solidaritas data keselamatan selagi ditinjau oleh dewan pemantauan keamanan data," kata Tedros pada hari Senin (25/05).
Perawatan lain dalam uji solidaritas WHO, termasuk obat eksperimental remdesivir dan terapi kombinasi HIV, masih dikejar.
Hydroxychloroquine memiliki lisensi untuk digunakan di AS sejak pertengahan 1950-an dan terdaftar di WHO sebagai obat esensial.
Ada banyak percobaan yang sedang dilakukan untuk mencari obat virus corona, namun hingga kini belum ada pengobatan yang terbukti ampuh. Institut Kesehatan Nasional AS juga menjalankan uji klinis untuk menentukan apakah obat tersebut dapat mencegah bertambahnya pasien dan kematian akibat Covid-19.