"Misalnya, pasien yang baru saja keluar dari penyakit serius terkait Covid-19 mungkin mengalami kesulitan berjalan naik dan turun tangga karena otot mereka tidak kembali ke kekuatan penuh," kata Hope.
"Artinya, tugas sederhana seperti menjawab panggilan telepon atau menerima email di siang hari dapat membuat pasien ini kelalahan," imbuhnya.
Sementara itu, Johnston mengatakan dia tidak hanya melihat kondisi ini pada pasien, tetapi juga mengalaminya sendiri setelah tertular Covid-19 pada bulan Juni. Rairdan juga mencatat, bahwa kelelahan menjadi salah satu gejala utama yang ia alami.
Linglung atau Masalah Memori
Hannah Davis, seorang peneliti dan seniman independen yang berbasis di New York menyatakan bahwa ia mengalami efek samping dari Covid-19 selama lebih dari 140 hari. "Ini bukan tentang sesuatu yang rumit, hanya mencoba melakukan video call tetapi terlibat dalam kalimat yang lebih panjang dari biasanya, sayangnya saya tidak dapat meresap kalimat di panggilan itu," kata Davis.
"Empat bulan kemudian, saya masih mengalami demam hampir setiap hari, disfungsi kognitif dan masalah memori, masalah saluran pencernaan, sakit kepala parah, detak jantung naik, nyeri otot dan sendi parah, dan lain sebagainya," imbuhnya.

Gejala yang Tak Menentu
Kristin Smith (33), pasien pulih Covid-19 dari New York yang terkena virus corona pada Maret mengatakan bahwa dia telah mengalami berbagai gejala sejak dia tertular penyakit. Menurutnya, gejala yang paling parah terjadi pada dua minggu pertama, namun lima bulan kemudian dia masih menghadapi efek dari Covid-19.
"Tiga bulan setelah penularan, saya merasa gejala mereda dan saya merayakan dengan suami, namun keesokan harinya gejala itu muncul lagi," kata Smith.
Baca Juga: Ikut RK Disuntik Vaksin, Kapolda Rudy Gajah: Saya Siap Mental dan Fisik
Pada hari berikutnya Smith mengalami sesak napas, nyeri dada, tubuh menggigil, halusinasi, vertigo, detak jantung cepat, jantung berdebar-debar, mati rasa di kaki, kesemutan di jari, esofagus yang membara, kelelahan ekstrem, dan lain sebagainya.