Sifat maskulin diidentikkan dengan pikiran rasional, berani, bertanggung jawab, dan melindungi, menurut YayasanPulih.org.
Seiring berjalannya waktu, toxic masculinity berkembang sebagai norma sosial tentang bagaimana laki-laki seharusnya berperilaku, merasakan, dan berpikir.
Para peneliti mendefinisikan istilah ini sebagai seperangkat perilaku dan keyakinan yang meliputi penekanan emosi atau menutupi kesulitan, mempertahankan penampilan yang keras, dan kekerasan sebagai indikator kekuasaan, menggambarkan bahwa seorang pria harus tangguh.
Kata lainnya, dilansir New York Times, toxic masculinity adalah hal yang tumbuh dari stigma bahwa laki-laki tidak dapat mengekspresikan emosi secara terbuka dan mereka harus tangguh sepanjang waktu. Hal-hal selain ini membuat mereka terlihat lemah.
Baca Juga: Sering Tidak Disadari, Waspadai 5 Tanda Toxic Relationship Berikut Ini
Medical News Today menjelaskan bahwa maskulinitas dan peran gender yang diciptakannya terbentuk oleh beberapa faktor, termasuk usia, ras, kelas, budaya, jenis kelamin, dan agama.
Padahal, baik sifat maskulin maupun feminin ada dalam diri setiap orang dan kedua sifat ini sangat bermenfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Pada akhirnya, toxic masculinity bisa memengaruhi kesehatan mental laki-laki yang tidak memenuhi klaim norma sosial tersebut, tetapi merasa tertekan untuk melakukannya.