Suara.com - Penulis James Nestor membagikan pengalamannya saat bergabung sebagai peserta penelitian tentang bagaimana efek bernapas lewat mulut saat tidur pada kesehatan.
Melansir dari CNN, pengalamannya tersebut telah dibagikan dalam buku berjudul "Breath: The New Science of a Lost Art". Pada bukunya, Nestor menyatakan bahwa ia membiarkan para ilmuwan Universitas Stanford menutup lubang hidungnya dengan silikon dan selotip bedah untuk mengukur dampak pernapasan melalui mulut selama 10 hari.
"Kami tahu itu tidak akan baik, karena ada dasar ilmiah kuat yang menunjukkan efek merusak dari pernapasan melalui mulut, mulai dari penyakit periodontal hingga gangguan metabolisme," kata Nestor seperti yang dikutip dari CNN.
Saat tidur dengan bernapas lewat mulut, tekanan darah Nestor naik 13 poin, membuatnya mengalami hipertensi stadium satu. Pengukuran variabilitas detak jantung menunjukkan tubuhnya dalam keadaan stres. Denyut nadinya naik, dan dia mengalami kebingungan.
Baca Juga: Jangan Lengah, Viral 4 Lelaki Gasak Yamaha R15 dalam Lima Menit Saja!
Nestor juga mendengkur selama berjam-jam setiap malam dan mengembangkan gangguan sleep apnea obstruktif. Sementara tingkat oksigen darahnya menurun. "Kami tidak menyangka akan seburuk itu," kata Nestor.
Menurut Nestor, pernapasan melalui mulut dapat mengganggu kenyenyakan tidur. Pernapasan melalui mulut saat tidur membuat Anda berisiko lebih tinggi mengalami gangguan tidur termasuk mendengkur, sleep apnea, hipopnea, serta penyumbatan udara. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kelelahan di siang hari.
"Anda mungkin berpikir bahwa jika membuka mulut saat tidur akan membuat Anda bernafas lebih baik, tetapi sebenarnya yang terjadi justru sebaliknya," kata Dr. Steven Park, seorang ahli bedah dengan spesialisasi di bidang obat tidur.
"Membuka rahang Anda menyebabkan lidah merosot ke belakang, menghalangi jalan napas," imbuhnya.
Baca Juga: Punya Kebiasaan Menggertakkan Gigi saat Tidur? Hati-Hati Komplikasi!