Suara.com - Jutaan perempuan dan anak perempuan di seluruh dunia tidak bisa mengakses kontrasepsi dan aborsi selama pendemi virus corona. Hal ini dinyatakan oleh penelitian dari tim Marie Stopes International.
Melansir dari Independent, Marie Stopes International adalah lembaga yang menyediakan layanan aborsi dan kontrasepsi di seluruh dunia. Lembaga tersebut memperingatkan bahwa 1,9 juta perempuan dan anak perempuan kehilangan ke layanan kontrasepsi dan aborsi yang aman selama pandemi.
Mereka menyatakan bahwa kemungkinan selama pandemi akan ada penambahan 900.000 kehamilan tidak diinginkan, 1,5 juta kasus aborsi tidak aman, dan 3.100 kemarian terkait kehamilan di paruh pertama tahun ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap tahun antara lima hingga 12 persen ada kematian perempuan terkait dengan aborsi tidak aman.
Baca Juga: Sebut Temuan Kasus Corona Kabar Baik, Anies: Wajar Angkanya Tinggi
“Sebagai seorang dokter, saya telah sering melihat tindakan ekstrem yang dilakukan oleh perempuan dan anak perempuan ketika mereka tidak dapat mengakses kontrasepsi dan aborsi yang aman," kata Dr Rashmi Ardey, dari Marie Stopes.
“Pandemi ini telah membebani layanan perawatan kesehatan di seluruh dunia, wanita menanggung beban bencana global ini,” tambahnya.
Sebuah laporan oleh badan kesehatan seksual dan reproduksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) yang dirilis pada akhir April menyatakan bahwa kekacauan akibat virus corona dapat merusak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan di seluruh dunia.
Studi tersebut memperkirakan 47 juta perempuan di 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah tidak akan dapat mengakses kontrasepsi modern jika gangguan virus corona berlanjut selama enam bulan. Para peneliti memperkirakan akan ada tambahan tujuh juta kehamilan yang tidak diinginkan dan 31 juta kasus tambahan kekerasan berbasis jenis kelamin.
Baca Juga: Awas, Hilang Pendengaran Bisa Jadi Tanda Terinfeksi Virus Corona Covid-19