Hilangnya Indera Penciuman dan Rasa Akibat Covid-19 atau Flu? Ini Bedanya

Kamis, 20 Agustus 2020 | 08:06 WIB
Hilangnya Indera Penciuman dan Rasa Akibat Covid-19 atau Flu? Ini Bedanya
Ilustrasi indera penciuman. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkan hilangnya indera penciuman dan perasa ke dalam daftar gejala umum virus corona Covid-19 pada Mei 2020, setelah terjadi lonjakan pasien virus corona Covid-19 yang mengalami efek samping tersebut.

Namun, para ahli harus menyelidiki lebih dulu hilangnya indera penciuman itu berkaitan dengan virus corona Covid-19 atau penyakit pernapasan lainnya, seperti flu.

Sebab, flu juga bisa menyebabkan hilangnya indera penciuman. Namun, sekarang para ilmuwan telah menemukan perbedaan hilangnya indera penciuman akibat Covid-19 dan flu.

Sebuah tim peneliti mengklaim hilangnya bau dikenal sebagai anosmia secara medis. Kondisi ini telah dikaitkan dengan virus corona Covid-19.

Baca Juga: Bedakan Batuk Biasa dengan Virus Corona Covid-19, Begini Caranya

Para ahli dari seluruh Eropa, termasuk Universitas East Anglia, membandingkan pengalaman kehilangan indera penciuman dan rasa pada orang yang menderita virus corona dan infeksi saluran pernapasan atas.

Ilustrasi indera penciuman. (Pixabay)
Ilustrasi indera penciuman. (Pixabay)

Dalam studi kecil yang melibatkan 30 orang, mereka juga menemukan bahwa orang dengan virus corona Covid-19 tidak bisa mendeteksi rasa pahit atau manis, berbeda dengan orang pilek atau flu biasa.

Para peneliti percaya temuan yang diterbitkan dalam jurnal Rhinology bisa membantu mengembangkan tes bau dan rasa menggunakan alat skrinning. Supaya medis lebih cepat mendeteksi virus corona Covid-19 pada manusia.

"Temuan ini sangat menarik karena artinya tes bau dan rasa bisa digunakan untuk membedakan antara pasien virus corona Covid-19 dan flu biasa," kata Profesor Carl Philpott, peneliti utama dari Fakultas Kedokteran Norwich University East Anglia dikutip dari The Sun.

Meskipun tes bau dan rasa itu tidak bisa menggantikan alat diagnostik formal, seperti swab. Namun, tes itu bisa memberikan alternatif ketika tes konvensional tidak tersedia.

Baca Juga: Virus Corona Covid-19 Sebabkan Diabetes Tipe 1 pada Anak-Anak, Benarkah?

Selain itu, tes rasa dan bau juga bisa diperlukan ketika pemeriksaan cepat, teritama di tingkat perawatan primer, di bagian gawat darurat atau bandara.

Tim peneliti pun telah melakukan tes bau dan rasa pada 10 pasien virus corona, 10 pasien flu biasa, dan 10 orang dalam kondisi sehat.

Hasilnya, Prof Philpott dan tim menemukan bahwa kehilangan indera penciuman dan rasa jauh lebih dalam atau parah pada pasien virus corona Covid-19.

"Mereka kurang bisa mengidentifikasi bau dan tidak bisa mengidentifikasi rasa pahit atau manis. Faktanya, hilangnya rasa lebih tampak pada pasien virus corona daripada flu biasa," ujar Prof Philpott.

Menurut Prof Philpott, termuan peneliti itu menambah teori bahwa virus corona Covid-19 menginfeksi otak dan sistem saraf pusat. Hasil peneliti mencerminkan keterlibatakan tingkat sistem saraf pusat pada beberapa pasien virus corona setidaknya sampai batas tertentu.

"Sangat menarik bahwa Covid-19 tampaknya sangat memengaruhi reseptor rasa manis dan pahit. Karena ini diketahui memainkan peran penting dalam kekebalan bawaan," jelasnya.

Prof Philpott juga mengatakan masih perlu banyak penelitian mengenai hal ini dengan cara memahami variasi genetik pada reseptor pahit dan manis.

Pasalnya, variasi genetik mungkin saja memengaruhi kondisinya saat terinfeksi virus corona dan kemungkinan virus mengubah fungsi reseptor tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI