Suara.com - Dampak pandemi Covid-19 bisa dialami oleh siapapun, termasuk anak-anak. Yayasan Sayangi Tunas Cilik menyoroti ada 7 risiko yang mengancam anak saat pandemi.
"Melalui kampanye gerakan #PulihBersama, Save The Children menginformasikan kepada publik 7 risiko beserta 7 aksi yang bertujuan memastikan bahwa anak-anak dan keluarga dapat bertahan dari situasi yang sulit di masa pandemi ini," ujar Wakil Ketua Dewan Pembina Yayasan Terangi Tunas Cilik, Dewi Soeharto, Rabu (19/8/2020).
Tidak hanya terancam secara kesehatan, anak-anak juga mendapat ancaman dari perubahan iklim pada kehidupan, khususnya mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana, terutama di masa pandemi Covid-19.
"Dalam satu pekan terakhir saja kita mendengar berbagai kejadian bencana alam yang terjadi di Indonesia, seperti erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, hujan dengan intensitas tinggi yang memicu banjir di beberapa daerah, gempa bumi yang terjadi di Sumba Barat Daya, serta kebakaran hutan dan lahan di Jawa Timur," jelas Dewi.
Baca Juga: Kepada Pedagang, Jokowi Janjikan Kehidupan Kembali Normal Pada Januari 2021
Berdasarkan data BNPB, Dewi mendapat informasi selama pandemi periode April hingga Juni, tercatat ada 734 kejadian bencana alam. Jika dirata-rata, maka terdapat 8 kejadian bencana per hari selama 3 bulan. Populasi yang terpapar oleh berbagai ancaman bencana di Indonesia adalah 33 persen merupakan anak-anak.
"Survei Save The Children menunjukkan bahwa satu dari 2 anak tidak mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana, termasuk karakteristik penyebaran Covid-19," ungkap Dewi.
Data ini menunjukkan anak merupakan kelompok yang paling rentan saat terjadi bencana. Hal ini diperparah dengan fakta 90 persen bencana alam berhubungan dengan perubahan iklim, yang saat ini terjadi memperburuk dampak dari bencana alam tersebut.
Lalu, apa saja 7 risiko yang dihadapi anak saat terjadi bencana alam dan non-alam seperti pandemi ini?
Pertama, anak-anak yang berisiko terlantar karena orangtua harus diisolasi, atau bahkan berisiko kehilangan orangtua karena Covid-19.
Baca Juga: Sektor Wisata Hancur Akibat Pandemi, Warga Karibia Kembali Bertani
Kedua, anak-anak yang orangtuanya kehilangan penghasilan atau pekerjaan karena Covid-19.
Ketiga, anak-anak yang sulit atau bahkan tidak bisa mengakses pendidikan yang berkualitas.
Keempat, anak-anak yang mengalami kekerasan dan eksploitasi.
Kelima, anak-anak yang terinfeksi Covid-19 dan tidak bisa mengakses layanan kesehatan dan nutrisi.
Keenam, anak-anak yang tinggal di daerah rawan bencana atau terdampak bencana alam.
Ketujuh, anak-anak disabilitas yang memiliki risiko lebih besar.