Suara.com - Sindrom pramenstruasi (PMS) memiliki berbagai macam tanda dan gejala, termasuk perubahan suasana hati, payudara terasa lembut, ngidam makanan, kelelahan, mudah marah, dan depresi.
Melansir dari Mayo Clinic, setidaknya 3 dari setiap 4 wanita yang sedang menstruasi pernah mengalami beberapa bentuk sindrom pramenstruasi.
Kondisi ini juga membaik segera setelah menstruasi dimulai.
Menurut laman Annex Naturopathic Clinic, ada empat tipe PMS yang sering kali terjadi pada perempuan, antara lain:
Baca Juga: Masturbasi Saat Menstruasi, Aman Enggak Sih?
PMS-A (Kecemasan)
Gejala utama tipe PMS ini adalah merasa kewalahan, lebih sensitif dari biasanya terutama terhadap penolakan atau kritik, serta perasaan gelisah atau mudah tersinggung
Hal ini dipicu oleh ketidakseimbangan hormon yakni kelebihan estrogen, serotonin yang rendah, kelelahan adrenal, dan disregulasi kortisol.
PMS-D (Depresi)
Pada tipe PMS-D, gejala utama ditandai dengan suasana hati buruk, lesu, tidak bergairah, mudah marah, dan linglung. Kondisi ini disebabkan karena tiroid kurang aktif dan serotonin rendah.
Baca Juga: 25 Persen Ortu di Sulsel Anggap Pernikahan Anak Selesaikan Masalah Ekonomi
PMS-H (Hidrasi / Retensi Air)
Gejala utama yang muncul pada tipe PMS-H adalah perut kembung, payudara nyeri atau bengkak, dan berat badan bertambah lebih dari 3 pon (kurang lebih 1,5 kg).
PMS-H didasari pada kelebihan estrogen, peningkatan stres yang menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan kelebihan hormon stres kortisol dan aldosteron yang menyebabkan retensi garam dan air.
PMS-C (Ngidam Makanan)
Banyak perempuan PMS yang mengeluh punya nafsu makan tinggi, kelelahan, dan sakit kepala saat PMS. Kondisi ini disebut dengan PMS-C.
Penyebab PMS-C adalah karena serotonin rendah serta kelelahan adrenal yang menyebabkan kadar kortisol rendah dan menyebabkan keinginan makan dengan kandungan gula.
Mayo Clinic menyarankan untuk segera konsulasi ke dokter saat gejala PMS memengaruhi kesehatan dan aktivitas sehari-hari.