Suara.com - Ikatan Dokter Indonesia atau IDI baru saja merilis 80 nama dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19. Ini kata IDI, merupakan kabar duka yang mendalam bagi dunia kesehatan di Indonesia. Apalagi dokter merupakan aset bangsa yang perlu dijaga dan dilindungi untuk mengobati masyarakat Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, mantan Menteri Kesehatan 2014-2019 Nila Moeloek buka suara. Ia megaku tak setuju dengan istilah bahwa tenaga medis adalah sosok yang berada di garda terdepan pandemi Covid-19.
Seharusnya tenaga medis berada di garda terbelakang yang harus dijaga. Masyarakat di garda terdepan untuk menjaga kesehatannya, dan pemerintah pembuat kebijakan. "Tenaga kesehatan harusnya dieman-eman di garda terbelakang," ujar Nila dalam diskusi CISDI, Rabu (19/8/2020).
Lanjut Nila, menjadi seorang dokter tidak mudah. Perlu proses panjang dan pendidikan yang tidak sebentar. Apalagi jika dokter sudah spesialis yang jumlahnya sangat terbatas di Indonesia, rasanya sangat disayangkan jika profesi dokter tidak diberikan perlindungan oleh pemerintah.
Baca Juga: 15 Hari Dirawat, Ibu dari Dokter Jantung Ini Sempat 10 Jam Tak Dapat Kamar
"Satu orang yang ahli di ICU jarang sekali, kalau sampai terjadi dengan dirinya, penggantinya itu nggak ada. Kalau ada, belum tentu kulitasnya sama," ungkap Nila.
Beberapa hari lalu Indonesia juga baru saja kehilangan satu dari 10 dokter spesialis orthopedi subspesialis anak yang ada di Indonesia yaitu dr. Sulis Bayusentono, M.kes., Sp.OT.(K). Mendiang meninggal dunia karena Covid-19 di usia 41 tahun, setelah terus berpraktik selama masa pandemi.
Nila yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu lantas mengingatkan pemerintah untuk menjalankan standarisasi untukl melindungi tenaga kesehatan yang dibuat organisasi kesehatan dunia atau WHO.
"Harusnya dilakukan, tadi APD dan sebagainnya. Ini mestinya disusun strategi yang benar, yang buat dibantu. Persoalan kecil masker, apakah semua orang di bawah (masyarakat) punya masker? Kan enggak," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan data yang diterima PB IDI hingga 18 Agustus 2020, tercatat 80 dokter Indonesia gugur dan meninggal karena Covid-19, baik yang berstatus positif maupun PDP Covid-19. Berikut daftar namanya :
Baca Juga: 80 Dokter Indonesia Meninggal Dunia Akibat Covid-19, Ini Daftarnya!
- Prof. DR. dr. Iwan Dwi Prahasto (Guru Besar FK UGM)
- Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna (Guru Besar FKM UI/IDI Jakarta Timur)
- dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat)
- dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes (IDI Kota Bandung)
- dr. Hadio Ali K, Sp.S (IDI Jakarta Selatan)
- dr. Djoko Judodjoko, Sp.B (IDI Bogor)
- dr. Adi Mirsa Putra, Sp.THT-KL (IDI Bekasi)
- dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ (IDI Jakarta Timur)
- dr. Ucok Martin Sp. P (IDI Medan)
- dr. Efrizal Syamsudin, MM (IDI Prabumulih)
- dr. Ratih Purwarini, MSi (IDI Jakarta Timur)
- Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu, SpBS (IDI Jakarta Pusat)
- Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru besar Epidemiologi FKM UI)
- Dr. Bernadette Sp THT meninggal di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (IDI Makassar)
- DR.Dr. Lukman Shebubakar SpOT (K) (IDI Jakarta Selatan)
- Dr Ketty di RS Medistra (IDI Tangerang Selatan)
- Dr. Heru S. meninggal di RSPP (IDI Jakarta Selatan)
- Dr. Wahyu Hidayat, SpTHT (IDI Kab. Bekasi)
- Dr. Naek L. Tobing, SpKJ (IDI Jakarta Selatan)
- Dr. Karnely Herlena (IDI Depok)
- Dr. Soekotjo Soerodiwirio SpRad (IDI Kota Bandung)
- Dr. Sudadi, MKK, SpOK (IDI Jakarta Pusat)
- Prof. Dr. H. Hasan Zain, Sp.P (IDI Banjarmasin)
- Dr. Mikhael Robert Marampe (IDI Kab. Bekasi)
- Dr. Berkatnu Indrawan Janguk (IDI Surabaya)
- Dr. Irsan Nofi Hardi Nara Lubis, Sp.S (IDI Medan)
- Dr. Boedhi Harsono (IDI Surabaya)
- Dr. Soeharno (IDI Kediri)
- Dr. Amir Hakim Siregar SpOG (IDI Batam)
- Dr. Ignatius Tjahjadi SpPD (IDI Surabaya)
- Dr. Esis Prasasti Inda Chaula, SpRad (IDI Tegal)
- Dr. Hilmi Wahyudi (IDI Gresik)
- DR. dr Heru Prasetya, SpB, SpU (IDI Banjarmasin)
- dr. Miftah Fawzy Sarengat (PPDS FK Unair, RS Soetomo, IDI Balikpapan)
- dr. Bendrong Moediarso, SpF, SH (IDI Surabaya)
- dr. H. Dibyo Hardianto (IDI Bangkalan)
- dr. Deny Dwi Yuniarto (IDI Sampang)
- dr. Gatot Prasmono (IDI Sidoarjo)
- dr. Sukarno (IDI Sidoarjo)
- dr. Arief Basuki SpAn (IDI Surabaya)
- dr. Herry Nawing SpA (IDI Makassar)
- dr. Theodorus Singara SpKJ (IDI Makassar)
- dr. Nyoman Sutedja, MPH (IDI Denpasar)
- dr. Putri Wulan Sukmawati (PPDS Anak FK Unair/RS Soetomo Surabaya)
- dr. Sang Aji Widi Aneswara (IDI Semarang)
- dr. Elianna Widiastuti (IDI Semarang)
- dr. Agus Pramono (IDI Sidoarjo)
- dr Ane Roviana (IDI Jepara)
- dr. Sovian Endi (IDI Grobogan)
- dr. Pepriyanto Nugroho (IDI Blitar)
- dr. Ahmadi NH, Sp.KJ (IDI Semarang)
- dr. Zulkiflie Saleh (IDI Banjarmasin)
- dr. Abdul Choliq (IDI Probolinggo)
- Prof. dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG (K) (IDI Palembang)
- dr. H. Khiarul Saleh, SpPD (IDI Palembang)
- dr. Anna Mari Ulina Bukit (IDI Medan)
- dr Herwanto SpB (IDI Kisaran)
- dr. Maya Norismal Pasaribu (IDI Labuhan Batu Utara)
- dr. Budi Luhur (IDI Gresik)
- dr. Deni Chrismono Raharjo (IDI Surabaya)
- dr Arif Agoestono Hadi (IDI Lamongan)
- dr. Djoko Wiyono (IDI Surabaya)
- Prof. Dr. dr. Andi Arifuddin Djuanna, SpOG (K) (IDI Makassar)
- dr. Aldreyn Asman Aboet, SpAN, KIC (IDI Medan)
- dr. M. Fahmi Arfa'i (IDI Semarang)
- dr. M. Ali Arifin (IDI Sidoarjo)
- dr. M. Hatta Lubis, SpPD (IDI Padang Sidempuan)
- dr. Elida Ilyas, SpKFR (K) (IDI Jakarta)
- dr. I Wayan Westa, Sp.KJ (K) (IDI Denpasar)
- dr. Sony Putrananda (IDI Blitar)
- dr. H. Muhammad Arifin Sinaga, MAP (IDI Langkat)
- dr. Andhika Kesuma Putra, Sp.P (K) (IDI Medan)
- dr. Edi Suwasono (IDI Kota Malang)
- dr. Ahmad Rasyidi Siregar, SpB (IDI Medan)
- dr. HM Syamsu Rizal (IDI Natuna)
- dr. Dennis (IDI Medan)
- dr. Adnan Ibrahim, SpPD (IDI Makassar)
- dr. I Nyoman Sueta (IDI Denpasar)
- dr. Paulus Sp.PD (IDI Jakarta Pusat)
- dr. Sulis Bayu Sentono, dr., M.Kes., Sp.OT (K) (IDI Surabaya)