Sebab, meski memberikan indikasi kasar tentang lemak tubuh, BMI tidak membedakan antara berat yang berasal dari lemak versus otot.
Sebuah studi terhadap 13.601 orang dewasa menunjukkan prevalensi obesitas jauh lebih rendah saat mendefinisikan obesitas menggunakan BMI daripada persentase lemak tubuh. Menggunakan kategori BMI, lebih sedikit orang yang ditemukan mengalami obesitas.
Orang juga dapat memiliki BMI "normal" tetapi memiliki peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2, bergantung pada faktor-faktor seperti tekanan darah atau distribusi lemak tubuh. Mengukur lingkar pinggang dan persentase lemak tubuh mungkin lebih berguna dalam kasus seperti ini
"Indikator kekuatan, kebugaran, dan jaringan lemak sentral jauh lebih menunjukkan kesehatan daripada BMI. BMI tidak memberi tahu kita berapa banyak otot yang dimiliki seseorang, atau di mana lemak tubuh mereka didistribusikan seperti lengan dan kaki vs di sekitar tengah," ujar Evelyn Parr, Exercise Scientist, dikutip dari Financial Review.
Baca Juga: Tanda Kebanyakan Konsumsi Gula dan 4 Berita Kesehatan Menarik Lainnya
Sehingga, meski BMI merupakan alat yang nyaman dan sederhana untuk memahami risiko penyakit, BMI tidak memberikan gambaran yang lengkap atau sepenuhnya akurat tentang segala sesuatu yang memengaruhi kesehatan kita.
Untuk itu, BMI perlu digunakan bersamaan dengan pengukuran lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang risiko kesehatan seseorang.
Faktor gaya hidup (seperti merokok, aktivitas fisik, pola makan dan tingkat stres), dan tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol darah harus dipertimbangkan bersamaan dengan BMI untuk menentukan risiko kesehatan.