Kecolongan Anak Akses Konten Pornografi, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?

Rabu, 19 Agustus 2020 | 14:25 WIB
Kecolongan Anak Akses Konten Pornografi, Apa yang Harus Dilakukan Orangtua?
Ilustrasi anak mengakses konten pornografi (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah situasi yang nyaris serba digital, sulit untuk membatasi anak pada akses internet dan konten negatif seperti pornografi. Alhasil banyak orangtua yang sering kecolongan saat anak mengakses konten pornografi

Tapi, bukan berarti orangtua harus pasrah dan berdiam diri. Ada sejumlah hal yang bisa dilakukan orangtua. Apa saja itu? 

Ketua Satgas Perlindungan Anak IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A(K) mengatakan cara terbaik adalah dengan jalur komunikasi yang baik bukan dengan cara keras seperti membentak, langsung mengambil ponsel hingga memukul. Beri tahu  anak baik-baik apa yang boleh dan tidak untuk dilakukan.

"Jadi ketika anak sudah mengakses internet dan punya gadget sendiri kita harus dikomunikasikan apa yang boleh dan tidak boleh. 'Kalau ketemu konten orang ciuman atau buka baju', orangtua harus kasih aturan misal jangan lihat lama lama atau dilewati," ujar dr. Eva dalam diskusi IG LIVE, Selasa (18/8/2020).

Baca Juga: Bikin 9 Video Porno Buat Peras Pacarnya Sendiri, Pemuda Ini Diciduk Polisi

Aturan dan batasi akses internet dewasa di ponsel anak

Ilustrasi orang tua dan anak bermain gadget
Ilustrasi orang tua dan anak  mengakses internet lewat gadget,

Bisa juga dengan membuat aturan, hanya bisa mengakses internet di ruang keluarga, sehingga anak mudah diawasi oleh orangtua. Ini karena hal yang dikhawatirkan anak bersikap aneh sembunyi-sembunyi dan berubah saat bermain ponsel.

"Bisa bertanya 'kamu lagi apa?'. Jadi tidak melepas anak begitu saja dengan gadgetnya. Jadi dibuat aturan di keluarga akses-akses apa yang diperlukan, kapan boleh akses, dimana boleh akses," terangnya.

Dokter yang berpraktik di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat itu menyarankan ada baiknya anak diberikan pengertian alasan dibalik pelarangan ia tidak boleh mengakses konten-konten tertentu, termasuk film yang banyak mengandung adegan dewasa. Kata dr. Eva buat sebisa mungkin anak mendapat edukasi seks dari orangtuanya bukan dari orang lain atau malah dari konten pornografi sendiri.

"Orangtua juga bisa mulai membuat setting dari internet yang bisa diakses agar internet yang diakses dalam kontrol orangtua sehingga konten negatif tidak masuk," jelasnya.

Baca Juga: Salah Kirim Foto Seksi ke Bocah, Mantan Putri Kecantikan AS Dibui

Usia minimal anak bisa menerima konten pornografi

Ilustrasi tombol untuk mengakses konten porno di komputer. (Shutterstock)
Ilustrasi tombol untuk mengakses konten porno di komputer. (Shutterstock)

Masa pubertas atau berubahnya hormon di tubuh yang menandakan ia dewasa, dianggap dr. Eva memang sudah bisa menerima konten dewasa.

Tapi dengan syarat orangtua bicara tentang fungsi tubuh, pendidikan biolog saat menstruasi bisa hamil, dan anak lelaki yang sudah mimpi basah punya fungsi seks di tubuhnya, sehingga ia harus bertanggung jawab atas dirinya dan perbuatannya.

"Untuk konten pornografi sebenarnya harus tetap dibatasi di usia itu. Bukan berarti sudah puber boleh nonton porno sedikit. Jadi di sepanjang usia anak harus dibatasi, kalaupun melihat kalau bisa dalam konteks pendidikan. Seperti di pelajaran biologi, bukan untuk hiburan," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI