Suara.com - Setelah terjadi peningkatan kasuas Covid-19 sebanyak tiga digit selam lima hari berturut-turut, Korea Selatan akhirnya memperkatat pembatasan jarak sosialnya kemarin.
Pada Senin malam, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) melaporkan 246 kasus baru. Demikian seperti dilansir dari New York Post.
Perubahan tersebut memengaruhi berbagai bagian ibu kota, termasuk provinsi Gyeonggi terdekat dan kota pelabuhan Incheon, dengan pemerintah memerintahkan penutupan kafe dunia maya, klub malam, dan prasmanan.
Selain itu, pemerintah melarang semua kebaktian gereja secara langsung, pertemuan dalam ruangan 50 orang atau lebih dan pertemuan luar ruangan 100 orang atau lebih.
Baca Juga: Hampir 5.000 Kasus Covid-19 Per Hari di Filipina, Kota Manila Lockdown
Data dari Johns Hopkins Coronavirus Resource Center menunjukkan ada hampir 15.800 kasus yang dikonfirmasi di Korea Selatan dengan lebih dari 300 kematian.
Meskipun Korea Selatan telah berfungsi sebagai model mitigasi virus korona untuk banyak negara, kelompok virus yang terkait dengan pertemuan keagamaan telah membawa peningkatan terus-menerus.
Kondisi ini mendorong pihak berwenang untuk menerapkan kembali pedoman pembatasan jarak yang lebih keras di Seoul.
Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang-lip mengatakan bahwa setidaknya 457 infeksi telah dikaitkan dengan gereja besar Presbiterian Sarang Jeil.
Kim mencatat bahwa sekitar 500 anggota lain dari ribuan jemaah telah diberitahu untuk melakukan karantina sendiri dan menjalani tes.
Baca Juga: Tambah 505 Kasus, Pasien Positif Covid-19 di DKI Jadi 30.597 Orang
"Jika kita tidak bisa mengendalikan virus sekarang, kita harus meningkatkan jarak sosial ke tingkat yang lebih tinggi, dan itu akan berdampak besar pada ekonomi kita dan mata pencaharian masyarakat," Perdana Menteri Chung Sye-kyun memperingatkan dalam sebuah pengumuman yang disiarkan televisi secara nasional Selasa.
Ini adalah kedua kalinya sebuah gereja menjadi pusat kelompok viral di Korea Selatan.
Pada bulan Februari, wabah muncul di sekte Kristen rahasia di kota Daegu.
Pemerintah juga telah melacak cluster lain ke outlet Starbucks di luar Seoul dan dua kasus baru telah dilaporkan di militer, mengirim 461 personel militer ke karantina.
Sama seperti pemerintah AS telah menggunakan sistem fase untuk meluncurkan dan membuka kembali bagian ekonomi di tengah pandemi, pemerintah Korea Selatan telah menyusun aturan jarak sosial dalam tiga fase, dengan fase 1 sebagai yang paling tidak ketat dan fase 3 sebagai yang paling ketat.
Meskipun Seoul masih berada pada fase 2 untuk saat ini, pergeseran ke fase 3 tidak dapat dihindari jika wabah di wilayah metropolitan Seoul tidak dapat diatasi.
Seoul adalah rumah bagi setengah dari 51 juta penduduk negara Asia Timur.
“Kami berada pada momen penting di mana kegagalan untuk mengendalikan (infeksi di daerah ibu kota) akan segera berkembang menjadi wabah besar di seluruh negeri,” kata Chung.