Suara.com - Pada tahun 2012, enam orang penambang yang bekerja di lubang Mojinanl, Provinsi Yunnan, China Barat Daya mengembangkan gejala seperti Covid-19. Dari enam orang tersebut tiga di antaranya meninggal dunia.
Melansir dari Daily Star, sampel dari keenam pekerja tersebut kemudian dikirim ke Institut Virologi Wuhan. Oleh karena itu, para peneliti mulai curiga bahwa virus corona sudah ada sejak 2012.
Para pekerja tersebut dilaporkan mengalami pneumonia, demam tinggi, batuk kering, dan beberapa mengalami sakit kepala. Para penambang dilaporkan membuang kotoran kelelawar dari lubang Mojian tersebut.
Dalam hal ini, ahli virologi, Jonathan Latham dan ahli biologi molekuler, Allison Wilson telah memeriksa tesis dari dokter China yang merawat para penambang dan mengirim sampel ke Institut Virologi Wuhan untuk diuji.
Baca Juga: Tes Swab Berturut-turut, Taufik Basari Klaim Sudah Sembuh dari Corona
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di situs web Independent Science News pada 15 Juli, kedua peneliti tersebut mulai mempertimbangkan temuan itu sebagai bagian dari asal usul virus corona.
"Bukti yang dikandungnya telah membuat kami mempertimbangkan kembali semua yang kami pikir telah kami ketahui tentang asal-usul pandemi Covid-19," catat peneliti.
Virus corona secara luas diperkirakan muncul pada Desember tahun 2019 setelah sekelompok kasus di Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan. Latham dan Wilson mengatakan semua gejala yang diderita para penambang di tahun 2012 mirip dengan gejala Covid-19.
Mereka juga dirawat dengan metode yang mirip pasien Covid-19, yakni menggunakan ventilasi dan obat-obatan termasuk steroid atau obat pengencer darah.
Setelah melakukan beberapa tes, dokter tersebut berbicara dengan ahli virologi Zhong Nanshan, seorang ilmuwan terkenal yang membantu menangani wabah SARS tahun 2003.
Baca Juga: Dirut Pasar Jaya Arief Nasruddin Positif Virus Corona?
"Pertemuan jarak jauh dengan Zhong Nanshan sangatlah penting. Ini menyiratkan bahwa penyakit keenam penambang itu sangat memprihatinkan dan virus corona mirip SARS dianggap sebagai kemungkinan penyebabnya," kata Latham dan Wilson seperti yang dikutip dari Daily Star.