Suara.com - Dalam tayangan YouTube The Lawalatas, Oscar Lawalata mengaku bahwa ia adalah seorang perempuan meski terlahir menjadi seorang laki-laki. "Saya transgender," tutur Oscar dalam video yang diunggah Minggu (16/8/2020).
Ia mengatakan sudah mengetahui identitas dirinya itu sejak lama.
"Saya tahu dari kecil saya adalah transgender. Setelah mempelajari kurang lebih 5 tahun mengenai siapa saya, dari situ saya tahu, saya adalah transgender," sambungnya.
Terkait dengan transgender, hingga kini masih ada mitos yang berkembang di masyarakat terkait identitas gender ini.
Baca Juga: Ternyata... Transgender Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu
Dilansir Vox, berikut beberapa mitos transgender tersebut:
1. Mitos: Orientasi seksual terkait dengan identitas gender.
Ini adalah dua hal yang berbeda. Orientasi seksual adalah kepada siapa seseorang tertarik secara seksual. Sedangkan identitas gender adalah jati diri orang tersebut.
Seorang transgender yang mengidentifikasi dirinya sebagai wanita, meski terlahir dengan kelamin laki-laki, bisa disebut heteroseksual atau straight ketika tertarik dengan laki-laki. Sebaliknya, akan disebut gay apabila tertarik dengan wanita.
2. Mitos: Transisi sesederhana operasi panggantian genital
Baca Juga: Kota di India Sediakan Kursi Bus Khusus Transgender
Transisi merupakan proses panjang dan rumit yang melibatkan lebih dari sekadar prosedur medis. Orang trans juga harus mengalami perubahan pribadi, hukum, dan sosial.
Bahkan, beberapa dari mereka mungkin mengalami perubahan ini namun tidak menjalani prosedur medis.
3. Mitos: Semua transgender menjalani prosedur medis
Tidak semua transgender memprioritaskan atau menginginkan prosedur medis, seperti terapi hormon dan operasi penggantian genital.
4. Mitos: Anak-anak belum cukup dewasa untuk mengetahui identitas gender mereka
Beberapa anak dapat mengidentifikasi identitas gender mereka yang berbeda dengan jenis kelamin yang diberikan saat lahir.
Beberapa dari mereka juga tidak sesuai dengan norma gender, tetapi mereka belum tentu tumbuh menjadi transgender.
5. Mitos: Transgender adalah penyakit mental
Organisasi medis besar, seperti American Medical Association (AMA) dan American Psychiatric Association (APA), mengatakan menjadi transgender bukanlah gangguan mental.
APA menjelaskan bahwa mereka berhenti menggunakan istilah 'gangguan identitas gender' untuk 'disforia gender'.
"Bagian dari menghilangkan stigma adalah dengan memilh kata-kata yang tepat. Mengganti 'gangguan' dengan 'disforia' pada label diagnostik," tulis APA.