Tak Perlu Marah, Ini Cara Ingatkan Orang Untuk Pakai Masker

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 18 Agustus 2020 | 12:19 WIB
Tak Perlu Marah, Ini Cara Ingatkan Orang Untuk Pakai Masker
Menurunkan Masker ke Bawah Dagu (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, masih ada saja orang yang enggan menggunakan masker. Padahal masker merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghindari virus corona.

Banyak orang akhirnya bingung ketika mesti berbicara dengan mereka yang tidak memakai masker. Lantas, bagaiamana cara mengingatkan mereka?

Dilansir dari Science Alert, Claire Hooker, Dosen Senior dan Koordinator, Humaniora Kesehatan dan Medis, Universitas Sydney, mengatakan bahwa setiap orang berbeda-beda dalam cara mereka memandang dan mentolerir risiko, dan seberapa rentan mereka secara fisik dan psikologis. Jadi kita mungkin perlu menegosiasikan perilaku yang diterima.

Penitng untuk perlu memperhatikan emosi kita sendiri tidak mengaburkan pesan yang ingin kita sampaikan. Misalnya, ketika kita menjadi marah, cemas, marah atau takut, orang yang kita coba ajak berkomunikasi mungkin tidak mendengar pesan yang kita maksudkan.

Baca Juga: Masih Pandemi Covid-19, Jalur Pendakian Everest Akan Kembali Dibuka

Masker kain (Dok. ATS)
Masker kain (Dok. ATS)

Ironisnya, pandemi membuat jenis miskomunikasi lebih mungkin terjadi. Ketika kita stres atau emosional, kita lebih cenderung mengaktifkan mekanisme "pertarungan, pelarian, pembekuan" tubuh kita. Ini memengaruhi cara kita berkomunikasi dan cara komunikasi kita diterima.

Jika menolak memakai masker adalah tentang mempertahankan rasa kendali atau terkait dengan rasa identitas - misalnya, jika seseorang menganggap dirinya "bukan orang yang cerewet" - maka menyuruh mereka untuk menutupi bisa membuat mereka defensif.

Menjadi defensif membuat orang tidak hanya kurang mau mendengarkan, tetapi juga kurang dapat menerima informasi, dan atau menilai dengan akurat.

Untuk berkomunikasi dengan baik, kita perlu bersiap. Para penulis buku Crucial Conversations merekomendasikan untuk bertanya pada diri sendiri apa yang ingin Anda capai sebagai hasil dan apa yang Anda inginkan untuk hubungan di antara Anda.

Tujuannya adalah untuk menjaga hubungan tetap saling menghormati dan jalur komunikasi terbuka, sehingga negosiasi dapat berlanjut saat keadaan pandemi baru muncul.

Baca Juga: Bukan Manusia, Rusia Pilih Kembangkan Vaksin Covid-19 Pertama untuk Kucing

Anda tidak akan sepenuhnya mengubah keyakinan atau tindakan seseorang.

Tujuan yang lebih baik adalah menegosiasikan perubahan perilaku yang meminimalkan bahaya. Ini mungkin: "Lakukan seperti yang kamu pilih di waktu lain, tapi bisakah kita setuju bahwa untuk saat ini, kamu memakai masker saat mengunjungi Ayah?"

Mengidentifikasi dan menghormati nilai-nilai orang lain dan menemukan nilai-nilai yang sama mengurangi sikap defensif dan memberikan dasar untuk negosiasi.

Misalnya: "Saya dapat melihat betapa pentingnya bagi Anda untuk bersikap skeptis, dan saya sangat setuju, terutama karena buktinya sangat sering berubah. Tetapi karena bukti yang jelas menunjukkan bahwa bahkan beberapa orang muda yang sehat pun dapat sakit parah, dapatkah saya memintamu untuk memakai masker dalam perjalanan kita? "

Menanyakan kepada seseorang mengapa mereka tidak mengenakan masker, alih-alih menyuruh mereka mengenakannya, adalah alat lain yang membantu. Ini adalah kesempatan bagi seseorang untuk didengarkan, yang menurunkan sikap defensif apa pun.

Ilustrasi masker dengan ventilasi atau katup. (Pexels/Edmond Dantes)
Ilustrasi masker dengan ventilasi atau katup. (Pexels/Edmond Dantes)

Ada banyak alasan mengapa orang tidak memakai masker. Dan mendengar seseorang menjelaskan bisa memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah (terutama jika kita bertanya bagaimana kita bisa membantu, dan menahan diri untuk tidak memberi nasihat).

Singkatnya, kika kita tidak menghakimi, berempati, dan jelas dalam apa yang ingin kita capai, akan dengan mudah dapat mengatasi reaksi kontraproduktif, seperti marah saat memberi tahu seseorang atau mengabaikan kekhawatiran seseorang.

Hal ini memungkinkan kita untuk menjadi cukup berani untuk menyesuaikan komunikasi kita dengan apa yang dapat didengar orang lain, dan untuk membuatnya aman bagi orang lain untuk berbicara. Disinilah komunikasi kita benar-benar akan berhasil

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI