Suara.com - Pembuat undang-undang di Bolivia menyetujui pemutih yang beracun sebagai obat untuk membantu pasien virus corona Covid-19.
Klorin dioksida biasanya digunakan sebagai desinfektan atau berguna untuk memutihkan produk kertas.
Namun beberapa tahun terakhir ini, klorin dioksida dianggap sebagai obat ajaib yang mampu mengobati sebagian besar penyakit dan masalah kesehatan oleh ahli teori konspirasi.
Kini, Majelis Legislatif negara Amerika Latin menyetujui penggunaan pemutih untuk merawat pasien virus corona Covid-19.
Baca Juga: Tubuh Menggigil Bisa Jadi Tanda Infeksi Covid-19, Ini Penjelasannya
Padahal, ada orang-orang yang menjalani perawatan di rumah sakit dan terluka setelah meminumnya.
RUU yang disetujui memungkinkan produksi, komersialisasi dan pasokan larutan klorin dioksida untuk mencegah virus corona Covid-19 sekaligus pengobatan pasien yang sakit.
Tampak tak selaras, sebelumnya ada beberapa kasus di mana pasien mesti dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi klorin dioksida.
Kementerian kesehatan Bolivia sendiri telah memeringatkan orang-orang untuk tidak mengonsumsi dan akan menuntut siapa pun yang memproduksinya.
Pada Juni 2020, regulator medis di negara itu mengeluarkan penyataan yang memeringatkan bahwa orang yang mengonsumsi klorin dioksida berada dalam risiko serius.
Baca Juga: Ada Masker N95 dan Masker KN95, Apa Perbedaannya?
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS juga telah mencatat bahwa konsumsi klorin dioksida bisa menyebabkan muntah parah, diare parah dan tekanan darah rendah yang mengancam jiwa akibat dehidrasi dan gagal hati akut setelah minum produk ini.
Sementara itu, sampai sekarang sudah ada 4.048 kematian dan 100.344 kasus virus corona Covid-19 yang terkonfirmasi di Bolivia.
Pada April 2020, Donald Trump dikecam karena menyarankan suntikan desinfektan sebagai pengobatan untuk melawan virus corona Covid-19.
Saat itu, Donald Trump mempromosikan hydroxychloroquine mungkin bisa menjadi obat untuk pasien, meskipun cairan itu belum terbukti bisa memerangi virus corona Covid-19.