Sering Nyeri Punggung Tanpa Sebab? Mungkin Anda Kena Penyakit Autoimun

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 17 Agustus 2020 | 17:37 WIB
Sering Nyeri Punggung Tanpa Sebab? Mungkin Anda Kena Penyakit Autoimun
Ilustrasi nyeri punggung tanpa sebab. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sering Nyeri Punggung Tanpa Sebab? Mungkin Anda Kena Penyakit Autoimun

Sering mengalami nyeri punggung yang tak hilang-hilang meski sudah diobati berbagai macam?  Bisa jadi Anda mengalami penyakit autoimun.

Ya, salah satu penyebab nyeri punggung adalah penyakit Ankylosing Spondylitis (AS). Penyakit apa itu?

Ankylosing Spondylitis merupakan gangguan imun/penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan (artritis) pada sendi tulang belakang.

Penyakit ini dapat membuat ruas tulang belakang menyatu, sehingga penderita sulit bergerak, menjadi bungkuk, dan mengalami kesulitan bernapas

Berdasarkan sebuah penelitian, terdapat lebih dari 70 persen populasi dunia yang pernah mengeluhkan nyeri pinggang pada bagian bawah, namun tidak banyak yang menyadari bahwa ini mungkin saja merupakan gejala awal dari penyakit AS.

Penyakit AS memiliki prevalensi 0,2 persen di Asia Tenggara. Tidak hanya menyebabkan gangguan kronis peradangan pada persendian, penyakit AS juga menimbulkan peradangan entesis, peradangan pada mata (uveitis), psoriasis, serta peradangan pada usus.

Hal itu disampaikan oleh dr. Laniyati Hamijoyo, SpPD-KR dalam webinar mengenal “Nyeri Pinggang? Apakah Autoimun?” yang diselenggaran oleh Novartis Indonesia bekerja sama dengan PHASE Academia Klinik Perisai Husada Bandung, pada Sabtu (15/8/2020).

Dalam paparannya, dr. Laniyati mengungkapkan nyeri pinggang umumnya merupakan gejala awal penyakit AS, namun nyeri ini tidak disebabkan oleh pekerjaan, aktivitas, atau cedera tertentu.

"Seseorang dengan Gen HLA-B27 memang rentan terhadap penyakit AS, namun tidak semua orang dengan gen tersebut mengidap penyakit ini. Salah satu cara untuk mengetahui bahwa kita memiliki gen tersebut atau tidak adalah dengan memeriksakan gen HLA-B27 ini melalui pemeriksaan darah di laboratorium," paparnya.

Kebanyakan pasien AS tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit tersebut. Biasanya mereka baru mengetahui dan
memeriksakan diri setelah terjadi perburukan, seperti rasa sakit yang terus menerus hingga gangguan fungsi gerak tubuh, di mana hal ini biasanya terjadi beberapa tahun setelah pasien merasakan gejala awal.

"Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat berperan penting dalam memperbaiki gejala (terutama rasa nyeri), fungsi gerak dan kualitas hidup pasien," lanjutnya menambahkan.

Selain terjadi pada pinggang, pasien dengan AS biasanya juga mengalami gejala seperti peradangan (rasa sakit, dan kekakuan) di bagian bahu, pinggul, atau tumit dan kadang disertai pula dengan kondisi mudah lelah dan kehilangan energi untuk beraktivitas.

Karena sifatnya yang progresif, pasien dengan AS sering kali merasakan sakit yang berpindah ke bagian tubuh lain, seperti pada lutut, pergelangan kaki dan siku. Pada pasien dengan AS berat terjadi penyatuan ruas-ruas tulang belakang (menyerupai batang bambu).

Pria memiliki peluang lebih tinggi untuk menderita AS dibandingkan wanita, umumnya gejalanya mulai timbul pada usia 15–45 tahun.

"Terdapat 3 penatalaksanaan yang tersedia saat ini untuk penyakit AS, antara lain melalui obat- obatan, terapi fisik, dan pembedahan. Terapi fisik merupakan kegiatan yang lebih umum diikuti oleh pasien AS karena bertujuan untuk memperbaiki kelainan pada postur tubuh, mencegah kecacatan, meningkatkan kemampuan pasien untuk kembali beraktivitas secara normal, juga mengurangi serta menekan rasa sakit dan peradangan," ungkapnya.

Hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah penyakit ini adalah dengan pola hidup sehat, berolah raga, mengkonsumsi makanan yang sehat, dan paling penting adalah edukasi.

Hanum Yahya, Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Advocacy Novartis Indonesia, memaparkan komitmen Novartis Indonesia dalam meningkatkan kesadaran masyarakat seputar isu kesehatan.

"Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan PHASE Academia Klinik Perisai Husada Bandung untuk memberikan edukasi kesehatan seputar penyakit AS kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan kami reimagine medicine. Di mana sebagai perusahaan kesehatan inovatif, kami berupaya untuk terus-menerus berkontribusi dalam meningkatkan sistem kesehatan di Indonesia, yang salah satunya kami lakukan melalui program-program edukasi, serta menjalin kemitraan dengan pihak-pihak terkait, guna meningkatkan kualitas hidup para pasien kita," tutupnya.

Kontributor : Emi La Palau

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI