"Sangat menyedihkan. 100 ribu itu mewakili berbagai keluarga, teman, orang tua, anak-anak," kata Marcio do Nascimento Silva (56), seorang sopir taksi yang kehilangan anak-anaknya dalam pandemi dan bergabung dalam penghormatan.
"Kami mencapai tanda itu [100.000] dan banyak orang tampaknya tidak melihatnya, baik di kalangan pemerintah maupun rakyat kami. Mereka bukan hanya jumlah tapi orang. Kematian menjadi normal," tambahnya.
Presiden Jair Bolsonaro secara konsisten bersikap skeptis tentang dampak penyakit tersebut.
Dia juga mendukung pencabutan pembatasan ekonomi yang telah diberlakukan oleh gubernur negara bagian.
Baca Juga: Ikuti Langkah China, Filipina Larang Impor Daging Ayam dari Brasil
Para ahli mengeluhkan kurangnya koordinasi nasional di bawah kepemimpinan Presiden Bolsonaro dan tanggapan yang tersebar luas oleh pemerintah kota dan negara bagian.