Suara.com - Sakit pinggang mungkin dianggap sebagai penyakit yang umum, akibat terlalu lama duduk untuk bekerja di hadapan komputer selama berjam-jam. Tapi, sakit pinggang berkepanjangan juga perlu diwaspadai, lho.
Selain bisa jadi tanda penyakit ginjal, sakit pinggang juga bisa jadi gejala autoimun tipe ankylosing spondylitis. Sakit pinggang ini sering terjadi, meski penderitanya minum obat pereda nyeri.
"Sakit ini mereka sering sekali minum obat antinyeri. Sudah baikan, tapi ketika obat antinyeri selesai, sakit lagi. Dengan respon baik obat antiinflamasi non streroid dia jauh lebih baik, tapi abis itu sakit lagi," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Reumatologi dr. Laniyati Hamijoyo, Sp.PD-KR dalam webinar PHASE Academia Klinik Perisai Husada, Sabtu (15/8/2020).
Cara mudah mendeteksi bedanya nyeri pinggang karena autoimun dengan sakit pinggang biasa akibat saraf kejepit atau sakit pinggang mekanik, hal ini bisa dilihat dari waktu sakit pinggang di pagi hari. Jika sakit sebentar lalu hilang, berarti memang sakit pinggang biasa.
Baca Juga: Leher Bengkak Akibat Idap Autoimun Graves, Netizen Doakan Jessica Iskandar
"Biasanya kalau pinggang kakunya berlangsung lama nyerinya, itu karena autoimun, paling sakit di pagi hari harus curiga (autoimun)," imbuhnya.
Dari sisi pergerakan, sakit pinggang karena saraf kejepit biasanya akan terasa enak ketika dibawa duduk atau berbaring. Sementara sakit pinggang karena autoimun lebih nyaman dibawa bergerak agar sakitnya tidak terasa.
"Ada orang ankylosing spondylitis lebih baik bergerak, karena kalau diam malah sakit. Itu cluenya, jadi patokan berarti ada masalah dengan autoimun," kata dr. Lani memperingatkan.
Jika Anda atau seseorang di dekat Anda mengalami gejala sakit pinggang seperti ini, terlebih jika usianya masih remaja hingga dewasa muda, maka segeralah konsultasikan diri ke dokter untuk segera ditindaklanjuti.
Gejala selain sakit pinggang
Baca Juga: Pertolongan Pertama Saat Sakit Pinggang, Jangan Sembarang Bergerak!
Mata merah akibat peradangan yang berakhir pada pandangan buram, terkadang bercak merah pada kulit, diare berdarah dan berlendir, namun sesekali sembuh, juga bisa dicurigai sebagai tanda autoimun.
"Ada nyeri di lutut atau di mata kaki remaja bolak balik bengkak. Misalnya main basket, karena bisa trauma (bengkak) akibat main basket, 2 minggu sampai sebulan nggak sembuh. Itu (harus) curiga," tuturnya.
Terakhir, dokter yang berpraktik di RS Santo Borromeus Bandung ini mengingatkan adanya gejala jari sosis atau peradangan pada jari kaki dan tangan, di mana pembengkakan terjadi bukan di seluruh kaki melainkan hanya bagian jari kaki.
"Ada daktilitis, jari seperti sosis gendut, sampai bengkak seluruh jarinya. Kita sebut jari sosis, kita tahu ada radang seluruh tendon di jari. Beda dengan nyeri sendi, bengkaknya di bagian sendi, kalau ini di jari," tutupnya.