Obat Kutu Bisa Sembuhkan Covid-19? Simak Fakta Lengkapnya Berikut Ini

Rabu, 12 Agustus 2020 | 17:40 WIB
Obat Kutu Bisa Sembuhkan Covid-19? Simak Fakta Lengkapnya Berikut Ini
Ilustrasi kutu [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Klaim obat Covid-19 semakin sering bermunculan, di tengah jumlah kasus yang terus bertambah. Bahkan, seorang dokter dari Australia menyebut Covid-19 bisa disembuhkan dengan obat kutu.

Dilansir News.com.au, Profesor Thomas Borody, ahli gastroenterologi yang dikenal sebagai peneliti obat pertama di dunia untuk tukak lambung, mengklaim sebuah obat dapat menyembuhkan Covid-19.

Obat tersebut adalah Ivermectin - obat kutu rambut yang harganya hanya 2 dolar (Rp 30 ribu) - dikombinasikan dengan seng dan antibiotik Doxycycline, memiliki potensi menjadi penyelamat saat ini.

"Ketiga obat ini sudah disetujui," ujar Profesor Borody.

Baca Juga: Polisi Libatkan Kemenristek dan IDI di Kasus Klaim Obat Covid Hadi Pranoto

"Mereka tidak membutuhkan uji praklinis atau klinis atau persetujuan tambahan (Administrasi Obat-obatan) kecuali tujuannya adalah untuk menggabungkan dalam satu kapsul, misalnya."

"Program perawatan pasien telah dilakukan di AS dan di tempat lain yang mengindikasikan bahwa program ini dapat bekerja dalam empat hingga enam hari," papar profesor Borody.

Sejumlah negara Amerika Selatan telah menggunakan Ivermectin sebagai pengobatan dan tindakan pencegahan setelah penelitian laboratorium awal menunjukkan bahwa obat itu dapat menghilangkan Covid-19.

Profesor Borody percaya kombinasi dari tiga obat tersebut bisa menjadi obat.

Tetapi para ahli memperingatkan bahwa setiap deklarasi penyembuhan atau pengobatan virus corona harus hati-hati mengingat uji coba untuk sejumlah obat berteori sedang dalam tahap awal.

Baca Juga: Kamis, Polisi Periksa Hadi Pranoto Soal Klaim Obat Covid-19 di Youtube Anji

Ketika ditanya tentang potensi obat kutu tersebut dalam mengobati virus corona, Dr Ian Musgrave, seorang farmakolog molekuler dari Universitas Adelaide mengatakan Ivermectin bukan solusi ajaib.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI