Suara.com - Vaksin COVID-19 buatan perusahaan China Sinovac saat ini tengah diuji klinis oleh PT Bio Farma dan Universitas Padjajaran Bandung. Kapan hasil penelitian keluar?
Dilansir ANTARA, Manajer Lapangan Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Universitas Padjajaran (Unpad), dr Eddy Fadliyana mengatakan ada beberapa kriteria agar vaksin Sinovac bisa lolos uji klinis tahap ketiga ini.
Di antaranya, vaksin itu bisa dikatakan berhasil apabila tidak banyak relawan yang mengalami efek samping yang berat. Kemudian antibodi di tubuh para relawan harus muncul setelah vaksin disuntikkan.
"Lalu dilihat efikasinya, jadi nanti kelompok yang divaksin itu kelihatan tidak terkena infeksi virus COVID-19, selama enam bulan (proses uji klinis)," kata Eddy di Bandung, Rabu (12/8/2020).
Baca Juga: Vaksin COVID-19 Buatan Rusia Disebut Tak Aman, Murashko: Tak Berdasar
Menurutnya, setelah vaksin itu melalui tahap kedua dan ketiga uji klinis, vaksin itu 90 persen lebih dinilai bisa melindungi dari infeksi COVID-19. Meski begitu, ia tak menampik masih ada potensi orang yang divaksinasi, namun masih bisa terkena COVID-19.
"Masih bisa terkena infeksi, tapi sebagian besar terlindungi," kata dia.
Menurutnya antibodi di tubuh akan timbul dalam 14 hari setelah penyuntikan vaksin kedua. Dalam proses uji klinis itu, para relawan memang menempuh dua kali penyuntikan vaksin.
Lalu dalam enam bulan ke depan, tim riset bakal melihat perkembangannya terkait berapa jumlah relawan yang terkena COVID-19 dan yang tidak. Selain itu, relawan juga diperiksa antibodinya.
"Dalam enam bulan itu kita lihat, apakah menurun atau masih tinggi antibodinya dan kejadian efek sampingnya," kata dia.
Baca Juga: Ahli: Vaksin yang Sudah Ada Mungkin Berpengaruh pada Pasien Covid-19
Secara terpisah, Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Komunikasi Arya Sinulingga memastikan bahan baku vaksin covid-19 dari perusahaan asal China Sinovac cukup.
Sehingga memungkinkan untuk memproduksi vaksi covid-19 sesuai target pemerintah yaitu 250 juta dosis vaksin.
"Sampai hari ini, apa yang kita butuhkan masih bisa dipenuhi oleh Sinovac," ujar Arya kepada wartawan, Rabu (12/8/2020).
Menurut Arya, pemerintah juga tak hanya berpatok pada bahan baku vaksin dari Sinovac saja. Tetapi, pemerintah tengah menunggu vaksin merah putih yang dikembangkan oleh lembaga Eijkman.
"Kalau bisa kita produksi vaksin tidak hanya dari 1 produk," kata dia.