Suara.com - Anak-anak harus mendapatkan batasan penggunaan layar elektronik, apapun jenisnya, baik itu ponsel pintar, laptop hingga televisi.
Berdasarkan rekomendasi WHO, anak usia 6 sampai 10 tahun dibatasi memiliki waktu penggunaan layaratau screen time maksimal 1 sampai 1,5 jam per hari. Sedangkan usia di atas 11 tahun memiliki screen time maksimal dua jam setiap satu hari.
Namun sejak pandemi Covid-19, anak-anak terpakasa harus menjalani pendidikan jarak jauh (PJJ) atau sekolah daring.
Otomatis durasi screen time kemungkinan bisa bertambah. Hal itu bisa meningkatkan risiko kelelahan mata pada anak hingga menyebabkan mata minus atau miopia.
Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Laptop Lemot dan Cara Mengatasinya
"Memang screen time yang tinggi salah satu pencetus mata minus atau miopia. Tapi itu salah satu aja, ada faktor lain yaitu genetik. Kalau orangtuanya berkacamata juga bisa," kata Dokter spesialis mata dr. Kianti Raisa Darusman SpM (K), MMedSci dalam siaran langsung Instagram bersama Mother & Baby, Rabu (12/8/2020).
Menurut Kianti, orangtua bisa melakukan deteksi dini masalah mata pada anak termasuk masalah miopia. "Deteksi dini yang paling sering terlihat anaknya kalau lihat jauh sering memicingkan mata. Kalau lihat sesuatu harus dengan jarak dekat," paparnya.
Kianti juga sadar bagaimana untuk anak yang lebih kecil lagi, tanda miopia bisa sangat rancu bahkan tak terdeteksi.
Itu bisa disebabkan karena kualitas penglihatan tidak langsung menjadi buram saat anak mengalami miopia. "Anak gak ngerti itu buram apa engga. Karena biasanya bertahap gak langsung tiba-tiba buram," katanya.
Karenanya ia mengingatkan agar orangtua melakukan pembatasan penggunaan gawai hingga durasi menonton televisi pada anak.
Baca Juga: Hindari Suntuk Usai Sekolah Daring, Ardian Ajak Siswanya Bercocok Tanam
Selain itu, jika anak sudah terlanjur mengalami miopia, sarankan anak untuk selalu memakai kacamata agar kerusakan mata tidak semakin parah.