Suara.com - Sebagian besar orang yang terinfeksi virus corona tidak pernah menunjukkan gejala Covid-19. Penelitian sebelumnya memperingatkan bahwa pasien tanpa gejala atau asimptomatik mungkin faktor dari penyebaran virus corona.
Tetapi beberapa ahli mengatakan tingginya tingkat infeksi tanpa gejala adalah hal yang baik karena kemungkinan mereka memainkan peran kunci dalam mengakhiri pandemi.
Monica Gandhi, seorang spesialis penyakit menular di University of California di San Francisco, mengatakan lebih banyak infeksi tanpa gejala dapat memicu kekebalan kawanan atau herd immunity terhadap SARS-CoV-2.
Beberapa ahli mengatakan kekebalan kawanan sebagai senjata potensial untuk melawan pandemi virus corona. Tetapi strategi ini membutuhkan paparan virus terhadap sebagian populasi sehingga mereka mengembangkan kekebalan tubuh.
Baca Juga: Heboh Herd Immunity untuk Lawan Virus Corona Covid-19, ini Temuan Peneliti
Hal ini, menurut para pendukung strategi herd immunity, akan memutus rantai penularan dan membantu mengurangi tingkat infeksi.
Ahli meyakini bahwa kekebalan kawanan dapat tercapai jika sekitar 60 persen populasi di suatu negara kebal terhadap virus corona jenis baru.
Sebaliknya, sebuah penelitian yang terbit dalam jurnal Science pada Juni 2020 menunjukkan herd immunity dapat dicapai dengan lebih sedikit orang, menunjukkan presentase ambang batas adalah 43 persen, bukan 60 persen lagi.
Tetapi, beberapa ahli berpendapat bahwa meski kekebalan kawanan tercapai, tidak ada jaminan tingkat antibodi pada setiap orang akan sama.
Sebab ada sebuah penelitian yang menemukan antibodi pada pasien Covid-19 yang sudah sembuh menurun tajam dalam dua hingga tiga bulan setelah terinfeksi.
Baca Juga: Spanyol Disebut Tak Capai Herd Immunity, Mengapa?
Namun, penelitian terhadap antibodi tidak berfokus pada sel T, yang lebih diandalkan pasien Covid-19 untuk sembuh.