Lebih Sederhana, Peneliti Temukan Cara Baru Mendiagnosis Alzheimer

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Rabu, 12 Agustus 2020 | 10:56 WIB
Lebih Sederhana, Peneliti Temukan Cara Baru Mendiagnosis Alzheimer
Ilustrasi (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teknologi yang tersedia saat ini untuk mendiagnosis penyakit Alzheimer masih terbatas karena melibatkan mesin yang mahal dan prosedur tidak nyaman. Namun ilmuwan mengembangkan cara baru yang lebih sederhana.

Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Scientific Reports, para ilmuwan dari Institut Sains dan Teknologi Daegu Gyeongbuk, Korea, mengisyaratkan cara baru untuk mendiagnosis Alzheimer dengan mengumpulkan dan menganalisis protein tertentu dalam sampel cairan hidung.

"Pada tahun 2017, kami menemukan bahwa disfungsi penciuman terjadi pada tahap awal Alzheimer pada tikus dan menemukan bahwa penyebab gejala tersebut disebabkan oleh spesies larut Akumulasi amiloid-? (Aβ) oligomer dalam sistem penciuman perifer," kata Profesor Cheil Moon, pemimpin penelitian yang menjelaskan bagaimana mereka menemukan ide tersebut, dikutip dari Science Daily.

"Kami berhipotesis bahwa oligomer Aβ yang dapat larut dapat dideteksi pada sekret hidung dan dapat menjadi parameter yang berguna untuk memantau perkembangan penyakit," ujarnya lagi.

Baca Juga: Penyemprotan Cairan Disinfektan di Gedung DPR/MPR RI

Angka kematian akibat alzheimer di AS meningkat (Shutterstock)
Angka kematian akibat alzheimer di AS meningkat (Shutterstock)

Untuk menguji hipotesis, mereka mengumpulkan dan membandingkan sampel cairan hidung dari 39 pasien dengan penyakit Alzheimer, dan 21 orang dari kelompok kontrol dengan usia yang sama.

Mereka menemukan bahwa tingkat dua oligomer Aβ tertentu (bentuk agregat Aβ yang terlibat sebagai karakteristik Alzheimer) secara konsisten lebih tinggi pada pasien dari kelompok penyakit Alzheimer.

Terlebih lagi, tingkat bentuk "larut" dari protein ini dapat digunakan tidak hanya untuk memisahkan subyek sehat dari pasien dengan Alzheimer, tetapi juga memprediksi onset dan perkembangan pasien Alzheimer selama periode tiga tahun.

Meskipun penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara oligomer Aβ dalam sekret hidung dan gangguan kognitif yang terkait dengan Alzheimer, hasilnya pasti menjanjikan.

Prof Moon berkomentar kalau skrining nasal discharge secara rutin akan menjadi pilihan yang lebih baik untuk skrining Alzheimer karena berbagai keuntungannya, seperti biaya yang relatif rendah dan sifat non-invasif.

Baca Juga: Minum Hand Sanitizer Tercemar, 4 Orang Meninggal di AS

"Hasil penelitian kami memperkenalkan pendekatan baru dan sederhana untuk menilai perkembangan penyakit alzheimer," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI