Studi Baru, Proses Pasteurisasi Menonaktifkan Covid-19 dalam ASI

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Rabu, 12 Agustus 2020 | 08:28 WIB
Studi Baru, Proses Pasteurisasi Menonaktifkan Covid-19 dalam ASI
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian yang diterbitkan bulan ini di Journal of Paediatrics and Child Health, menemukan bahwa proses pasteurisasi, yakni pemanasan dengan suhu tinggi dapat menonaktifkan virus yang menyebabkan Covid-19 dalam ASI.

Dilansir dari Science Daily, studi ini merupakan kolaborasi antara UNSW dan tim multidisiplin dari Australian Red Cross Lifeblood Milk.

Ada lima bank susu manusia di Australia. Seiring berkembangnya pandemi Covid-19, bank susu ini terus memberikan ASI yang disumbangkan kepada bayi prematur yang tidak memiliki akses ke ASI sendiri.

Donor disaring untuk penyakit, dan susu diuji dan dipasteurisasi untuk memastikan aman untuk bayi yang rapuh secara medis. Meskipun tidak ada bukti bahwa virus dapat ditularkan melalui ASI, secara teoritis selalu ada risiko, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahuinya.

Baca Juga: 102 Hari Bebas Covid-19, Selandia Baru Temukan Kasus Baru

Tim bekerja di lab PC3 Kirby Institute untuk secara eksperimental menginfeksi sejumlah kecil ASI beku dan baru diperah dari donor Lifeblood Milk yang sehat.

Sampel susu (yang sudah diberi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19) dipanaskan menjadi 63° C selama 30 menit untuk mensimulasikan proses pasteurisasi yang terjadi di bank susu.

Setelah proses itu, ditemukan bahwa susu tidak mengandung infeksi dan virus hidup apapun.

"Temuan kami menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 dapat dinonaktifkan secara efektif dengan pasteurisasi," kata Greg Walker, penulis utama dan kandidat PhD dalam kelompok Profesor Bill Rawlinson di UNSW Medicine.

Para peneliti pun mengatakan eksperimen mereka mensimulasikan skenario teori kasus terburuk.

Baca Juga: Perbatasan Antar Negara Bagian Australia Mempersulit Warga

"Jumlah virus yang kami gunakan di laboratorium jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam ASI dari wanita yang mengidap Covid-19, jadi kami benar-benar yakin dengan temuan ini," kata Walker.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI