Ada Ribuan Berita Palsu Tentang Covid-19 di 87 Negara, Termasuk Indonesia

Selasa, 11 Agustus 2020 | 13:28 WIB
Ada Ribuan Berita Palsu Tentang Covid-19 di 87 Negara, Termasuk Indonesia
Perang melawan hoax (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Rumor, stigma, dan teori konspirasi tentang Covid-19 tengah beredar di 87 negara, termasuk Indonesia, dan penjelasannya terbagi dalam 25 bahasa yang berbeda.

Sayangnya, penyebaran informasi salah ini telah mengakibatkan kematian dan cedera serius, menurut studi baru yang dilakukan oleh ilmuwan dari berbagai institusi di Bangladesh, Autralia, Thailand, dan Jepang.

Studi yang terbit pada Senin (10/8/2020) dalam jurnal American Journal of Tropical Medicine and Hygiene ini melibatkan analisis rumor, stigma, dan teori konspirasi terkait virus corona Covid-19.

Baik yang diunggah ke media sosial, media daring, dan situs web lain antara 31 Desember 2019 hingga 5 April 2020.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Selandia Baru dan Australia Tunda Travel Bubble

Dilansir CNN, peneliti telah mengidentifikasi 2.311 laporan dan mereka menemukan 89 persen diklasifikasikan sebagai rumor, 7,8 persen adalah teori konspirasi, serta 3,5 persen sebagai stigma.

Contoh laporan yang termasuk rumor seperti "minum pemutih dapat membunuh virus" dan "telur unggas terkontaminasi virus corona".

Ilustrasi berita hoax.[Shutterstock]
Ilustrasi berita hoax.[Shutterstock]

Untuk stigma, seperti "setiap penyakit datangnya dari China", dan "ini adalah senjata biologis yang didanai oleh Bill & Melinda Gates foundation untuk meningkatkan penjualan vaksin" adalah teori konspirasi.

Menurut peneliti, sebagian besar rumor, stigma, dan teori konspirasi diidentifikasi dari India, Amerika Serikat, China, Spanyol, Indonesia, dan Brasil.

Analisis menunjukkan, 24 persen dari laporan secara keseluruhan tentang Covid-19, kematian, dan penularan virus corona.

Baca Juga: Tak Pakai Masker saat Liputan, Jubir Covid-19 Hukum Jurnalis Push-up

Sebanyak 21 persen terkait usaha pengendalian dari pakar dunia, 19 persen tentang pengobatan atau cara penyembuhannya, 15 persen tentang penyebab penyakit serta asal-usul virus, satu persen tentang kekerasan, dan 20 persennya dianggap lain-lain.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI