Bolehkah Orangtua Marah Hingga Pukul dan Bentak Anak? Ini Kata Ahli

Selasa, 11 Agustus 2020 | 10:28 WIB
Bolehkah Orangtua Marah Hingga Pukul dan Bentak Anak? Ini Kata Ahli
Ilustrasi orangtua marahi anak [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orangtua sering kali memarahi anak yang bertingkah nakal. Tanpa disadari, mungkin cara orangtua memarahi anak dengan bentakan bahkan hingga memukul. 

Dua tindakan itu sudah termasuk kekerasan, lho. Tapi bukan berarti orangtua tidak boleh sama sekali melakukannya kepada anak. 

Ilustrasi anak broken home. (Shutterstock)
Ilustrasi orangtua marahi anak. (Shutterstock)

"Pada dasarnya kekerasan membuat orang lain tidak nyaman. Kalau pukul membuat sakit fisik. Kalau bentak dengan keras membuat sakit di hati. Jadi dua hal ini sebaiknya tidak jadi sesuatu yang rutin dilakukan," kata psikolog keluarga Nessi Purnomo dalam siaran langsung Instagram bersama Ayah & Bunda.

Menurut Nessi, orangtua sebaiknya hanya berkata keras atau mungkin memukul anak saat situasi yang benar-benar berbahaya. Artinya, jika anak bermain dengan benda atau di tempat yang bisa membahayakan dirinya maka orangtua bisa langsung melarangnya dengan keras.

Baca Juga: Viral Anak Kecil Pegang Botol Miras, Perekam Video Cerita Kronologinya

"Kalau kita bicara keras hanya saat situasi genting, anak juga akan terbiasa. Tapi kalau orangtua terbiasa bicara keras, maka anak juga akan terbiasa dengar suara keras," katanya.

Jika anak sudah terbiasa mendengar suara keras dari orangtuanya, lanjut Nessi, akibatnya anak akan cenderung cuek dengan peringatan apa pun yang disampaikan.

"Tidak lagi aware dengan urgensi yang diberikan. Jadi kalau kita bilang stop dia akan cuek aja karena biasanya juga bicara keras. Dalam kondisi genting itu bahaya sekali buat anak," jelasnya.

Sementara, jika harus perlu memukul anak, Nessi mengingatkan agar orangtua menjelaskan maksud dari pukulan tersebut. Tujuannya, agar mengerti dengan kesalahan yang diperbuatnya.

"Nanti si anak berpikir, 'kalau saya melakukan itu nanti dipukul dan dipukul itu sakit. Ketika dipukul juga saya akan melihat ekspresi tidak menyenangkan dari orangtua saya'. Jadi dipukul itu tindakan yang mengerikan tapi dia gak tahu kenapa gak boleh," katanya.

Baca Juga: 5 Terpopuler Sepekan: Wika Salim Pamer Perut, Tes kepribadian Lewat Selfie

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI