Waspada, Generasi Baby Boomer Lebih Berisiko Terkena Demensia

Senin, 10 Agustus 2020 | 19:36 WIB
Waspada, Generasi Baby Boomer Lebih Berisiko Terkena Demensia
Ilustrasi demensia (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi Anda yang masuk dalam kategori generasi baby boomer, maka lebih mungkin terkena demensia dibandingkan dengan generasi sebelum atau setelahnya. Generasi baby boomer adalah mereka yang lahir pada tahun 1946 hingga 1964.

Melansir dari Express, para peneliti dari Ohio State University memeriksa fungsi kognitif pada berbagai generasi. Hasilnya, mereka menemukan bahwa orang yang lahir antara tahun 1948 hingga 1959 menunjukkan hilangnya kekuatan otak lebih tinggi daripada generasi lainnya. Hal ini yang menurut para peneliti bisa memicu peningkatan demensia.

"Sangat mengejutkan melihat penurunan fungsi kognitif di antara para baby boomer," kata Profesor Hui Zheng, seorang sosiolog di Ohio State University

"Tapi yang paling mengejutkan saya adalah penurunan ini terlihat di semua kelompok, baik pria dan wanita, di semua ras dan etnis dan di semua tingkat pendidikan, pendapatan, dan kekayaan," tambahnya.

Baca Juga: Masalah Penglihatan Bisa Jadi Gejala Demensia, Ini Penjelasannya!

Ilustrasi penyakit demensia (foto: Shutterstock)
Ilustrasi penyakit demensia (foto: Shutterstock)

Orang dengan skor kognitif yang lebih buruk di usia 50-an dan 60-an memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia di kemudian hari. Studi AS ini menganalisis data dari lebih dari 30.000 orang Amerika yang disurvei setiap dua tahun selama hampir dua puluh tahun.

Pada peneltian, para peserta harus mengingat kata-kata yang didengar sebelumnya, menghitung mundur dari 100, menamai objek yang diperlihatkan, dan melakukan tugas lain.

"Baby boomer sudah mulai memiliki skor kognisi yang lebih rendah daripada generasi sebelumnya pada usia 50 hingga 54 tahun," kata Zheng.

Faktor terbesar yang dianggap mendorong penurunan kognitif ini adalah kekayaan yang lebih rendah, depresi yang tinggi, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas. Selain itu, kondisi ini juga bisa dipicu dengan tidak adanya pasangan, menikah lebih dari sekali, mengalami masalah kejiwaan, dan masalah kardiovaskular.

Baca Juga: Studi: Sikap Apatis Bisa Jadi Tanda Awal Risiko Demensia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI