Jamu Herbal vs Obat Kimia Untuk Pengobatan, Mana yang Lebih Cespleng?

Jum'at, 07 Agustus 2020 | 21:08 WIB
Jamu Herbal vs Obat Kimia Untuk Pengobatan, Mana yang Lebih Cespleng?
Obat Herbal dan Obat Kimia (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu sisi lain pandemi Covid-19 adalah terangkatnya derajat minuman tradisional salah satunya jamu, yang kembali diminati masyarakat Indonesia.

Jamu digadang-gadang mampu meningkatkan daya tahan tubuh yang sangat berguna dalam menghadapi pagebluk virus corona Covid-19 seperti sekarang. Tapi apakah kamu penasaran beda khasiat jamu dan obat kimia?

Dikatakan Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr. Inggrid Tania, MSi keunggulan jamu herbal dari obat kimia adalah pada bahan pembuatannya. 

"Jamu herbal merupakan berasal dari bahan alam, obat kimia dari sintetik. Jadi secara umum kita bisa mengatakan bahwa keunggulan obat tradisional, jamu atau herbal lebih aman, lebih minimal efek samping," ujar dr. Inggrid dalam diskusi bersama awak media beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Duh, Pakar Tegaskan Kelas Online Buruk untuk Kesehatan Anak!

Meski begitu bukan berarti semua obat tradisional memiliki jaminan keamanan. Selain bahan baku dan proses pembuatan,  kondisi tertentu orang yang mengonsumsi juga bisa jadi perhitungan. Misalnya untuk ibu hamil, atau orang dengan kelainan pembekuan darah.

"Kalau ada orang hamil minum ekstrak kapsul tidak aman juga untuk ibu hamil. Kemudian kalau ada orang ada kelainan pembekuan darah itu juga tetap harus hati-hati konsumsi jamu dan herbal," jelasnya.

Belum lagi orang yang mengalami penyakit gagal ginjal yang harus sangat berhati-hati mengonsumsi jamu karena bisa berisiko memperparah kondisi kesehatannya. "Jadi intinya memang tidak bisa sembarangan," ingatnya.

Meski diklaim lebih aman, Tania juga mengatakan bahwa obat tradisional tidak bisa memberikan efek instan.  Misal dibandingkan obat sintetis pereda nyeri, obat kimia akan bekerja lebih cepat meredakan peradangan atau nyeri dibanding herbal atau jamu.

"Seperti bisa dianalogikan dengan makanan karena sebenarnya dosis kandungan di dalam herbal atau jamunya tidak terlalu besar, sehingga tidak bisa mengharapkan efek instan," tutupnya.

Baca Juga: Kurang Gerak, Pandemi Virus Corona Covid-19 Tingkatkan Risiko Asam Urat

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI