Suara.com - Ledakan hebat di Beirut, Lebanon, pada Selasa (6/8/2020) kemarin, diketahui telah menewaskan sedikitnya 135 orang dan menyebabkan 5.000 orang cedera.
Menurut Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab, ledakan tersebut terkait dengan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan selama enam tahun tanpa adanya pengamanan di gudang pelabuhan.
Presiden Lebanon Michael Aoun mencuit bahwa perilaku ini tidak dapat diterima dan akan menghukum oknum yang bertanggung jawab atas penyimpanan bahan kimia tersebut.
Dilansir Newsweek, amonium nitrat merupakan garam kristal yang tidak berbau dan tidak berwarna. Umumnya ini digunakan sebagai bahan campuran pupuk.
Baca Juga: Studi: Konsumsi Obat Maag saat Hamil Mungkin Tingkatkan Risiko Asma Anak
Namun amonium nitrat juga dapat digunakan sebagai bahan peledak, korek api, dan antibiotik.
Zat ini sendiri tidak mudah terbakar dan tidak berbahaya apabila ditangani secara benar. Tapi, zat berumus kimia NH4NO3 itu bisa menyebabkan bahan mudah terbakar lainnya, seperti kayu, kertas, dan minyak, menyala.
Di bawah kondisi yang tepat dari tekanan panas di ruang tertutup, itu bisa meledak. Ini dapat melepaskan amonia, karbon dioksida, dan nitrogen oksida ke udara.
Menurut Gabriel da Silva, dosen senior teknik kimia di University of Melbourne, foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan adanya gumpalan dari area ledakan. Ini adalah karateristik warna sejenis nitrogen oksida yang disebut nitrogen dioksida.
Silva mengatakan bahwa kadar nitrogen oksida tingkat tinggi bisa menjadi masalah bagi orang yang menderita masalah pernapasan.
Baca Juga: Tanpa Minum Obat, Gejala Asma dapat Dikontrol Secara Alami
"Asap di Beirut akan menimbulkan risiko kesehatan bagi penduduk sampai mereka menghilang secara alami, yang dapat memakan waktu beberapa hari tergantung pada kondisi cuaca setempat," jelasnya.