Suara.com - Libur Obon yang berlangsung pada 13-16 Agustus 2020 membawa ancaman penyebaran dan penularan virus Corona Covid-19 di Jepang.
Atas hal ini, Asosiasi Kedokteran Jepang pun memberi peringatan kepada pihak berwenang, untuk tidak sembarangan membuka perjalanan domestik
Dilansir ANTARA dari Reuters, Ketua asosiasi Toshio Nakagawa, meminta pemerintah regional mengambil sikap independen dan memutuskan sendiri apakah wilayah mereka memerlukan pembatasan perjalanan untuk menahan laju penyebaran infeksi virus corona.
"Perintah (terkait aturan perjalanan domestik) mestinya tidak dikeluarkan secara seragam oleh pemerintah nasional, melainkan diatur di tingkat prefektur dengan sejumlah pihak berwenang untuk mengendalikan situasi di wilayahnya," kata Nakagawa pada Rabu (5/8/2020).
Baca Juga: Diklaim Sanggup Bunuh Virus Corona, Obat Kumur di Jepang Ludes
Selain hal itu, Nakagawa juga menyerukan pemerintah menyediakan fasilitas pengujian deteksi virus yang lebih meluas serta mendorong masyarakat untuk menahan diri selama masa liburan ini.
Beberapa pekan terakhir, Jepang kembali mencatatkan lonjakan kasus COVID-19, yang bukan hanya terjadi di Ibu Kota Tokyo, namun juga sejumlah kota lain. Jumlah kasus secara akumulatif sejauh ini hampir 40.000 kasus.
Terkait hal tersebut, Prefektur Okinawa mengumumkan status darurat pada Senin (3/8) lalu, sementara Prefektur Aichi di Jepang bagian tengah juga mengambil langkah yang sama pada Rabu.
Secara nasional, Jepang memberlakukan status darurat pada April yang kemudian dicabut per akhir Mei karena penambahan kasus sudah menurun.
Kini, seiring dengan angka kasus yang meningkat di sejumlah wilayah, pemerintah belum menerapkan lagi kebijakan yang sama.
Baca Juga: Terinspirasi Funazushi, Ini Es Krim Paling Bau di Jepang! Mau Coba?