Suara.com - Setelah melakukan uji klinis pertamanya pada akhir Mei lalu, perusahaan Novavax, Inc. akhirnya merilis hasil penelitiannya tentang vaksin Covid-19 potensial.
Mereka merilis data Fase 1 pada Selasa (4/8/2020) kemarin dari 131 sukarelawan yang telah diberi dua dosis vaksin.
Hasilnya, peserta dapat mengembangkan antibodi penawar pada tingkat empat kali lebih tinggi daripada antibodi yang dikembangkan orang yang sembuh dari Covid-19.
Antibodi penawar ini dapat melawan SARS-CoV-2.
Baca Juga: Dinkes Jakarta: 600 Pasien Covid-19 di Jakarta Punya Riwayat Diabetes
"Itu bagus. Itu sangat menggembirakan," kata presiden Novavax, Dr. Gregory Glenn.
Pada analisis 16 sukarelawan yang dipilih secara acak, vaksin diketahui dapat menginduksi respons dari sel-T.
Dilansir CNN, peserta studi menerima dua dosis vaksin, baik dengan dan tanpa adjuvant, yakni komponen untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Dari 126 orang yang diberi vaksin, lima mengalami efek samping parah, termasuk nyeri otot, mual, dan nyeri sendi, dan satu peserta mengalami demam ringan.
Efek samping berlangsung rata-rata dua hari atau kurang.
Baca Juga: Pengetesan Vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung Dibagi Jadi Dua Pengujian
Tidak hanya manusia, Novavax juga merilis data pada hewan. Dalam studi tersebut, 12 monyet menerima dua dosis vaksin.
Hasilnya, sebelas dari 12 monyet tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi di hidung atau paru-paru mereka.
Satu monyet, yang menerima dosis rendah vaksin, secara singkat menunjukkan tanda-tanda infeksi di paru-paru tetapi gejalanya hilang dalam dua hari.
Laporan ini telah diserahkan ke jurnal medis tetapi belum ditinjau oleh para ilmuwan di luar Novavax atau diterbitkan.
Selain Novavax, dua perusahaan AS lain yang juga mengembangkan vaksin Covid-19, Moderna dan Pfizer, juga telah merilis data Fase 1.
Pekan lalu, kedua perusahaan itu memulai uji coba Tahap 3 dengan masing-masing 30.000 sukarelawan.