Suara.com - Ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut, Lebanon tengah menjadi perhatian dunia.
Keterangan resmi Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Y. Thohari, Rabu (5/8/2020), menyebutkan bahwa ledakan tersebut berasal dari bahan sodium nitrat (sodium nitrate) dalam jumlah besar yang disimpan di pelabuhan.
Kepala Keamanan Umum Lebanon dilansir dari Telegraph UK, juga mengatakan ledakan disebabkan oleh kebakaran di gudang bahan yang mudah meledak, termasuk sodium nitrat. Bahan itu disita dari sebuah kapal beberapa bulan lalu dan disimpan di Pelabuhan Beirut (Port of Beirut).
Sedangkan, ada pula ribuan ton amonium nitrat yang juga disimpan di dekat pelabuhan kargo kota. Bahan kimia tersebut juga merupakan salah satu komponen utama dalam pembuatan bahan peledak.
Baca Juga: Ledakan di Beirut, Lebanon Akibat Sodium Nitrat, Apa itu?
Chairil Anwar, dosen MIPA UGM, mengatakan umumnya bahan bom terdapat unsur nitrat, tetapi daya ledak dari nitrat tidak terlalu besar, kecuali dalam jumlah yang sangat banyak.
"Ledakan terjadi kalau bahan padat dalam waktu singkat berubah jadi gas. Pemicunya bisa api atau detonator," jelas Chairil Anwar kepada Suara.com melalui Whatsapp, Rabu (5/8/2020).
Detonator atau alat pemicu adalah sumber panas yang akan memulai proses pembakaran atau reaksi rantai bila dalam hal peledak nuklir.
Alat pemicu biasanya berupa bahan peledak yang mudah terbakar dan lebih mudah daripada bahan peledak utamanya.
Dalam kasus ini, daya ledak sodium nitrat seharusnya tak terlalu besar. Begitu pula dengan amonium nitrat yang berada di sekitar pelabuhan.
Baca Juga: Ledakan Amonium Nitrat dari Sudut Pandang Sains: Pernapasan dan Peluru
Dilansir dari theconversation.com, amonium nitrat tidak bisa terbakar sendiri.