Suara.com - Perubahan suasana hati menjadi lebih sedih murung dan mudah marah memang rentan dialami ibu yang baru melahirkan. Ini terjadi karena perubahan hormonal, pola hidup dan status sebagai ibu.
Kebanyakan orang lebih mengenalnya dengan baby blues syndrome, tapi lebih parah dari itu dinamakan depresi postpartum. Gejala seperti baby blues tapi berlangsung lebih dari 2 minggu.
Lalu apa yang menyebabkan ini terjadi?
"Depresi postpartum itu penyebabnya lebih kompleks, tidak hanya faktor hormonal," ujar Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dr. Tatih Meilani, Sp.KJ dalam LIVE IG Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Cirebon beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Bukan Cuma Pengaruh Lingkungan, Depresi Juga Bisa Diturunkan Lewat Genetik
1. Fisik yang kelelahan
Perubahan pola hidup yang biasanya hanya mengurus diri dan suami, kini bertambah harus mengurus bayi yang mood dan keinginannya susah-susah gampang untuk ditebak karena ia belum bisa berkomunikasi.
"Bisa dari fisik kelelahan kebayang, habis melahirkan harus ngurus bayi, harus ngurus diri sendiri juga penyesuaian. Hamil anak pertama beda sekali dengan yang udah lahiran anak kedua atau ketiga," terang dr. Tatih.
2. Punya gangguan kecemasan sebelumnya
Seseorang yang pernah memiliki gangguan kecemasan berisiko mengalami kecemasan pasca melahirkan lebih besar.
Baca Juga: Aneh, Wanita ini Berkokok di Halaman karena Meyakini Dirinya Seekor Ayam
Sehingga solusi baiknya adalah mempersiapkan fisik dan mental dengan olahraga berbentuk relaksasi sebelum dan setelah melahirkan.
"Ada depresi atau cemas sebelum melahirkan, ada yang pas hamilnya, atau sebelum hamil mengalami depresi atau cemas nantinya akan rentan yang namanya depresi postpartum," paparnya.
3. Dapat komentar orangtua hingga mertua
Kehadiran orang terdekat, seperti suami di masa setelah melahirkan sangat dibutuhkan perempuan, baik secara fisik hingga dukungan mental.
Sayangnya ocehan orangtua hingga mertua mengomentari kondisi sang anak, bisa mempengaruhi mental perempuan yang baru melahirkan, dan itu membuat suasana hati cenderung down hingga berakhir depresi.
"Sering nggak sih dengar dari mertua atau mamahnya sendiri. Ih kamu anaknya gini-gini dikomentarin," ungkapnya.
"Nggak mau nyusuin, udah formula aja, ada keluarga seperti itu. Itu beban psikologis yang bisa menyebabkan rentan jadi depresi pasca partum," sambung dr.Tatih.
4. Kehamilan yang tidak diinginkan
Kesiapan untuk hamil juga sangat mempengaruhi perasaan perempuan yang baru melahirkan. Kesiapan baik secara ekonomi, fisik hingga mental, ada beberapa perempuan yang masih ingin berkarir dan sebagainya.
Keadaan yang lebih parah, perempuan sama sekali tidak menginginkan kehamilannya seperti korban pemerkosaan, melahirkan anak yang tidak diinginkan.
"Kasus perempuan diperkosa, terus hamil, itu kan pastinya tidak menginginkan melahirkan seorang bayi," imbuh dr. Tatih.
5. Punya kenangan buruk
Kehadiran anak di saat sang ibu belum berdamai dengan masa kelamnya juga bisa memicu depresi pasca melahirkan. Misalnya saja keguguran atau bayi meninggal usai dilahirkan akan menciptakan memori buruk.
"Misalnya kehilangan bayi, waktu hamil sebelumnya, itu ada istilahnya kaya trauma, ada pengalaman buruk jadi khawatir berlebihan, terus lama-lama moodnya ikut sedih," terangnya.