Suara.com - Makan cokelat memiliki banyak manfaat kesehatan, salah satunya menurunkan tekanan darah tinggi. Tapi, terlalu banyak makan cokelat disebut bisa meningkatkan risiko kanker usus.
Karena, makanan kaya antioksidan seperti cokelat dan kacang-kacangan akan berinteraksi dengan bakteri usus. Sebuah protein yang biasanya melindungi tubuh dari kanker yang akan memicu penyakit kronis.
Para peneliti pun telah melakukan riset pada tikus dengan memasukkan protein yang bermutasi ke dalam usus besar. Kondisi itu membuat kanker mereka jauh lebih buruk.
Tapi, protein yang dimasukkan ke usus halus berubah menjadi "super-penekan". Tim peneliti dari Universitas Ibrani Israel di Yerusalem mengatakan hal itu bisa terjadi karena sebagian besar kanker saluran pencernaan dimulai dari usus besar.
Baca Juga: Hebat! Inggris Bisa Tes Virus Corona Hanya dalam Waktu 90 Menit
Para ilmuwan dari Hebrew University di Yerusalem juga mengemukakan temuan itu sambil menyelidiki hal yang membuat kanker usus besar sebagai penyebab utama kematian.
Tim penelitian yang dipimpin oleh Profesor Yinon Ben-Neriah menemukan bahwa mutasi kanker di area tubuh tertentu, termasuk usus, bisa membantu melawan kanker.
Tetapi dilansir dari Times of Israel, metabolisme tingkat tinggi seperti yang ditemukan dalam makanan kaya antioksidan meningkatkan pertumbuhan kanker usus.
Sekitar 2 persen kanker gastrointestinal terjadi di usus kecil dan 98 persen di usus besar yang mengandung bakteri usus tingkat tinggi.
Para peneliti memfokuskan pada gen TP53, yang ditemukan di setiap sel dan menghasilkan protein yang disebut p53. Hasilnya, protein menekan mutasi genetik yang dapat menyebabkan kanker. Tapi ketika p53 rusak, gen itu bisa mendukung pertumbuhan tumor.
Baca Juga: Cegah Gelombang Kedua Virus Corona, Lansia Lebih Baik di Rumah Aja
"Kami terpesona dengan apa yang kami lihat. Bakteri usus memiliki efek Jekyll dan Hyde pada protein p53 bermutasi. Di usus kecil, mereka benar-benar beralih arah dan menyerang sel-sel kanker. Sedangkan usus besar mempromosikan pertumbuhan kanker," jelas Ben-Neriah.