Survei: Pasien Sembuh Covid-19 Rentan Alami Masalah Kejiwaan

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 04 Agustus 2020 | 13:34 WIB
Survei: Pasien Sembuh Covid-19 Rentan Alami Masalah Kejiwaan
Sejumlah tenaga medis, relawan dan pasien COVID-19 mengikuti kegiatan senam pagi di Rumah Singgah Karantina COVID-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (26/5). [ANTARA FOTO/Fauzan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bukan hanya menyerah fisik, nyatanya infeksi Covid-19 juga dapat menyisakan masalah gangguan jiwa.

Hal tersebut diungkapkan melalui survei yang dilakukan oleh rumah sakit San Raffaele di Milan, Italia.

Pasien sembuh Covid-19 dianggap mengalami tingkat gangguan kejiwaan yang lebih tinggi termasuk gangguan stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, insomnia dan depresi.

Survei membuktikan bahwa separuh lebih dari 402 pasien yang diawasi usai menjalani pengobatan Covid-19 mengalami setidaknya satu gangguan kejiwaan tersebut.

Baca Juga: Alami Gejala atau Terinfeksi Covid-19, Lakukan Hal-hal Ini

Dikutip dari Antara, dikatakan bahwa sebnayak 265 pasien sembuh Covid-19 laki-laki dan 137 perempuan kembali diperiksa setelah satu bulan dirawat di rumah sakit.

"Jelas bahwa inflamasi yang disebabkan oleh penyakit tersebut juga dapat bereaksi terhadap tingkat kejiwaan," kata profesor Francesco Benedetti, ketua kelompok Unit Penelitian di Psychiatry and Clinical Psychobiology di San Raffaele.

Laporan tersebut kini telah dipublikasi di jurnal ilmiah Brain, Behavior and Immunity pada Senin.

Berdasarkan wawancara klinis dan pertanyaan tentang penilaian diri, para dokter menemukan PTSD terjadi pada 28 persen kasus, depresi 31 persen kasus, kecemasan 42 persen kasus dan insomnia 40 persen kasus, serta gejala obsesif kompulsif 20 persen kasus.

Menurut studi, perempuan paling banyak mengalami kecemasan dan depresi meski keparahan infeksinya lebih rendah dibanding laki-laki.

Baca Juga: Obat Covid-19 Temuannya Diragukan, Hadi Pranoto: Seharusnya Saya Dirangkul

"Kami berhipotesis bahwa ini bisa saja karena fungsi sistem imun yang berbeda," kata Profesor Benedetti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI