Suara.com - India Siap Mulai Uji Klinis Tahap II dan III untuk Vaksin Covid-19
India menjadi salah satu negara yang sedang mengembangkan vaksin Covid-19. Sebentar lagi, proses uji klinis tahap II dan III akan dimulai.
Dilansir Anadolu Agency, badan pengontrol obat India pada Senin (3/8/2020) memberikan izin kepada perusahaan lokal untuk melakukan uji klinis vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford.
Pengawas Obat-obatan Umum India menyetujui proposal Serum Institute of India untuk melakukan uji coba fase dua dan tiga pada vaksin yang dikenal sebagai ChAdOx1 nCoV-19 atau AZD1222 karena uji coba sebelumnya menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Baca Juga: Positif Corona, Mendagri India Dilarikan ke Rumah Sakit
"Pengawas Obat-obatan Umum India telah memberikan persetujuan kepada Serum Institute of India di Pune untuk melakukan uji klinis Tahap II + III vaksin Oxford University-AstraZeneca #COVID19 (COVISHIELD) di India," kata Kementerian Kesehatan melalui Twitter.
Adar Poonawalla, CEO perusahaan, mengatakan bahwa setelah mereka diberi izin, uji coba untuk vaksin di India akan segera dimulai.
Poonawalla mengatakan perusahaannya adalah satu dari sembilan perusahaan di seluruh dunia yang telah berkolaborasi dengan perusahaan biofarmasi AstraZeneca, yang ikut mengembangkan dari vaksin Oxford.
Kasus Covid-19 di India mencapai 1,8 juta pada Senin, setelah lebih dari 50.000 kasus baru dilaporkan dalam 24 jam terakhir. Menurut data dari Kementerian Kesehatan India, jumlah keseluruhan mencapai 1.803.695 dengan 38.135 kematian.
Pada Minggu (2/8), Menteri Dalam Negeri India Amit Shah dinyatakan positif mengidap Covid-19. Hingga kemarin, sebanyak 20.202.858 sampel sudah diuji di negara itu.
Baca Juga: 86 Orang Tewas karena Miras Ilegal, Polisi India Tangkap 6 Tersangka
Negara bagian yang melaporkan jumlah kasus tertinggi di antaranya Tamil Nadu, Maharashtra, dan Delhi.
India mencatat total kasus Covid-19 terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat dan Brasil.
Pandemi ini telah merenggut lebih dari 688 ribu nyawa di 188 negara dan wilayah sejak Desember lalu.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University, lebih dari 18 juta kasus telah dilaporkan di seluruh dunia, dan 10,6 juta di antaranya telah pulih.