Suara.com - Musisi Anji kembali menjadi trending di media sosial setelah mengunggah video berjudul "Bisa Kembali Normal? Obat Covid-19 Sudah Ditemukan (Part 1)--yang kini telah dihapus otoritas YouTube, di akun pribadi miliknya.
Anji mengundang seorang yang mengklaim diri sebagai ahli mikrobiologi dengan nama Profesor Hadi Pranoto. Lalu siapa itu Hadi Pranoto? Suara.com mencoba merangkum jawaban tersebut melalui berita berikut ini.
Secara singkat, nama Hadi Pranoto masuk dalam database dosen di situs resmi Kemenristekdikti, pddikti.kemdikbud.go.id. Namun tidak tertulis ada Hadi Pranoto yang menekuni bidang Mikrobiologi seperti klaim yang beredar.
Di sisi lain, melalui video berdurasi 35.52 detik tersebut, Hadi mengeluarkan beberapa klaim mengejutkan mengenai virus corona Covid-19 mulai dari tes usap atau swab test seharga Rp 10 ribu hingga obat Covid-19 dari herbal yang bekerja setelah 10 jam dikonsumsi.
Baca Juga: Profil Hadi Pranoto, Profesor Klaim Punya Obat COVID-19 Dalam Video Anji
Untuk Anda yang belum sempat menyaksikkan video tersebut, berikut Suara.com rangkum khusus untuk Anda;
1. Antibodi Covid-19 mengobati dan mencegah infeksi Covid-19
Sudah ada obat Covid-19 yang diberi nama Antibodi Covid-19. Bentuknya berupa cairan herbal berwarna hitam. Antibodi Covid-19 bukan hanya diklaim dapat menyembuhkan pasien Covid-19 tetapi juga mencegah seseorang terinfeksi Covid-19.
2. Sudah tersebar ke seluruh Indonesia
Hadi mengatakan sebanyak 250 ribu Antibodi Covid-19 sudah disalurkan ke Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan hingga masuk ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran.
Sayangnya, klaim tersebut dibantah langsung oleh dokter spesialis paru-paru yang menangani pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran, Arif Riyadi kepada Suara.com.
"Saya tidak pernah pernah tau obat atau herbal yang dimaksud Hadi tersebut. Kalau obat atau herbal yang diberikan harus melalui komisi etik Rumah Sakit," kata Arif kepada Suara.com, Minggu (2/8/2020).
Baca Juga: Selamat, Ponari Dukun Cilik Batu Bertuah Resmi Menikah!
3. Diklaim bekerja cepat
Kata Hadi, Antibodi Covid-19 bekerja sangat cepat. "Hanya memerlukan waktu dua sampai tiga hari. Setelah itu antibodi akan kuat."
Ia juga mengatakan bahwa meminum antibodi buatannya akan membentuk piranti pertahanan tubuh. "Jika ada virus masuk, akan dimakan oleh bekteri dalam tubuh."
Bukan main, Hadi juga megatakan bahwa dengan mengonsumsi Antibodi Covid-19, dalam waktu 10 sampai 20 jam pasien Covid-19 akan sembuh.
4. Mustahil membuat vaksin Covid-19
Klaim sensasional lain yang diucapkan Hadi Pranoto adalah, mustahil membuat vaksin Covid-19 karena sifat virusnya yang terus berubah.
Ia mengakatakan hingga kini terdapat sekitar 1153 jenis virus corona Covid-19 yang berbeda akibat mutasi. "Semakin hari semakin kuat dan semakin banyak. Ilmuwan belum bisa memutuskan vaksin mana yang bisa membunuh Covid-19."
Belum lagi, katanya, sifat vaksin yang diberikan dengan cara disuntik dan dibuat dari 'zat adiktif', dapat membuat organ tubuh manusia rusak.
Sementara pola kerja herbal Antibodi Covid-19 adalah dengan diminum dan diklaim aman untuk tubuh. Ia juga mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan penelitian herbal tersebut sejak 20 tahun lalu.
"Dan alhamdulillah Covid-19 meletus di Wuhan. Kita bisa identifikasi jenis genetik. Dicocokan dengan herbal yang kita punya dan diurai. Bahan bakunya semua dari Indonesia.
5. Pakai masker tidak bisa mencegah Covid-19
Hadi Pranoto juga menyinggung mengenai protokol kesehatan seperti memakai masker di tempat publik, melakukan jaga jarak sosial hingga menggunakan hand sanitizer.
Kata Hadi, itu semua bisa mengurangi risiko terpapar Covid-19 tetapi tidak bisa mencegah karena selama manusia menghirup oksigen, virus akan tetap bisa masuk.
"Di mana ada oksigen dia akan hidup. Menular lewar keringat, sentuhan badan dan mulut. Makanya virus Covid-19 tidak bisa dengan mudah diabaikan," kata Hadi Pranoto.
6. Rapid Test dan Swab Test tidak bisa jadi rujukan
Hadi membagi kasus virus corona Covid-19 menjadi empat bagian. Kasus A adalah kasus infeksi yang bisa dideteksi dengan rapid test; kasus B dan C adalah kasus yang tidak bisa dideteksi dengan rapid test dan hanya bisa swab test; dan kasus D yang tidak bisa dideteksi dengan keduanya.
Karena itu Kata Hadi, untuk bisa mendiagnosis infeksi Covid-19 bukan hanya menggunakan metode tes cepat atau rapid test dan tes usap atau swab test, tetapi juga tes DNA.
"Kalau ingin memastikan orang terinfeksi kita harus melakukan uji coba lab DNA. Bisa ketahuan orang itu positif dan negatif dari liur. Tak perlu ambil lendir di hidup dan mulut."
Apalagi, lanjutnya, Covid-19 telah menyerang organ tubuh manusia lainnya seperti paru-paru, otak dan lambung.
Karena itu, ia mengatakan swab bisa dilakukan dengan cara yang lebih sederhana bahkan dengan harga Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu saja.