Tanoto Foundation: 30 Persen Penyebab Stunting adalah Perilaku Masyarakat

Risna Halidi Suara.Com
Kamis, 30 Juli 2020 | 17:00 WIB
Tanoto Foundation: 30 Persen Penyebab Stunting adalah Perilaku Masyarakat
Malnutrisi, mi instan (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ia memaparkan, perilaku masyarakat yang bisa memicu terjadinya stunting misalnya adalah perilaku yang kurang baik dalam pola hidup, pola makan, dan pola pengasuhan anak.

"Orangtua yang pendek tidak otomatis akan memiliki anak pendek. Anak bisa menjadi pendek karena orang tua menerapkan pola asuh dan pola makan seperti yang diterimanya dulu. Lingkaran ini harus diputus," tegasnya.

Tanoto Foundation sebagai lembaga filantropi independen yang bergerak di bidang pendidikan, kata Widodo, memiliki misi agar semua anak mampu mencapai potensi belajar yang maksimal sesuai tahap perkembangannya, dan siap sekolah.

Ini meliputi pengurangan stunting, peningkatan kualitas pengasuhan anak usia 0-3 tahun, serta peningkatan akses dan kualitas layanan pengembangan anak usia dini.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, Kasus Stunting di Kabupaten Dharmasraya Meningkat

Semua pelayanan ini disalurkan melalui lingkungan belajar di rumah, pusat layanan anak usia dini (misalnya Posyandu dan PAUD), serta komunitas desa dan pemerintah desa.

Tanoto Foundation memiliki program intervensi stunting di Riau (Rokan Hulu), Sumatera Barat (Pasaman dan Pasaman Barat), Banten (Pandeglang), Jawa Barat (Garut), Kalimantan Selatan (Hulu Sungai Utara), Kalimantan Timur (Kutai Kartanegara), NTB (Lompok Utara dan Lombok Barat), NTT (Alor, Simot Tengah Selatan), Sulawesi Barat (Majene), dan Maluku (Seram Barat).

Hanya saja, tidak semua wilayah menerima program yang sama.

Misalnya di enam wilayah yaitu Pasaman Barat, Garut, Hulu Sungai Utara, Majene, Seram Barat, dan Alor, Tanoto Foundation menggandeng Alive&Thrive untuk melakukan studi dan membuat semacam prototipe untuk melakukan perubahan perilaku di area-area tersebut.

"Misalnya di Hulu sungai Utara, daerah yang sangat kaya akan ikan. Namun anak-anak di sana tidak banyak makan ikan, ikan lebih banyak dijual keluar. Setelah diteliti, ikan biasanya hanya dibakar atau digoreng. Maka salah satu rekomendasinya, membuat resep masakan ikan sehingga anak-anak tidak bosan makan ikan," papar Widodo.

Baca Juga: Hari Anak Nasional, 28 dari 100 Bocah di Indonesia Masih Alami Stunting

Semebtara kerjasama dengan SMERU di Kutai Kartanegara dan Pandeglang melakukan semacam nutrition mapping.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI