Suara.com - Janin di dalam rahim terbungkus selaput ketuban yang berperan untuk melindungi bayi dari berbagai benturan. Dalam selaput itu juga berisi air ketuban yang mengandung hormon dan zat antibodi untuk mencegah berbagai infeksi penyakit.
"Perannya supaya bayi tumbuh dengan sistem otot dan sistem paru dengan baik," dokter spesialis kandungan dr. Noviyani Sugiarto dalam siaran langsung Instagram Mother & Baby, Kamis (30/7/2020).
Perannya yang sedemikian penting bagi bayi, tak heran bisa membuat panik si ibu yang mengandung jika air ketuban pecah. Meski begitu, Novi mengatakan, kondisi itu bukan berarti bayi harus segera dilahirkan.
"Pecah ketuban ada yang cukup bulan atau di atas 37 minggu. Itu harus dilahirkan, kita rangsang induksi," katanya.
Baca Juga: Pecah Ketuban, Perempuan Ini Sanggup Tahan Melahirkan Sebelum Selesai Ujian
Tetapi jika air ketuban pecah saat usia janin dalam kisaran 24-34 bulan, Novi menjelaskan, harus dilakukan pematangan paru selama dua hari. Setelah itu akan dilihat kembali kondisi janin.
"Kita lihat dulu setelah dua hari pematangan paru kalau ketuban sudah sangat sedikit, ada tanda infeksi kita lahirkan. Tapi kalau ketuban masih banyak, kondisi baik bisa kita tunggu. Tapi sebaiknya di rumah sakit paling tidak seminggu," ucapnya.
Novi menjelaskan, kadar air kertuban bisa diketahui melalui pemeriksaan USG. Dalam ketuban terdapat cairan anion denban kadar normal antara 6-20.
"Dari awal air ketuban itu sudah bisa terlihat. Sampai usia 20 minggu air ketuban dibentuk dari tubuh setelah itu bayi bisa membentuk pipisnya sendiri. Sehingga bisa terbentuk dari pipis janin," tuturnya.
Baca Juga: Kejadian Langka, Bayi Laki-laki Ini Lahir Masih Terbungkus Kantung Ketuban