"Perjalanan inilah yang terjadinya stunting. Kita tidak boleh absen memerhatikan gizi dalam lima kelompok tadi," ujarnya.
Kedua, adanya persepsi bahwa ketika hamil, ibu akan makan untuk dua orang yaitu ibu dan anak, tapi hanya menambah asupan karbohidrat bukan lauk dan sayuran.
"Sebagian lain menganggap bahwa makan saat hamil diperuntukkan bagi dua orang. Akibatnya, hanya porsi nasi yang ditambah, agar kenyang," tambah Rita.
Ketiga, kecenderungan ibu hamil menghindari makanan tertentu karena beberapa alasan seperti pantangan atau takut keguguran. Misalnya menghindari mengonsumsi nanas, pepaya, daging merah hingga kacang-kacangan.
Baca Juga: Hari Anak Nasional, 28 dari 100 Bocah di Indonesia Masih Alami Stunting
"Belum lagi mitos untuk menghindari daging merah, makanan laut, dan kacang-kacangan, yang akhirnya membuat ibu hamil kekurangan protein,” paparnya.
Keempat, banyak ibu yang tidak mendapat akses atau sengaja tidak mengonsumsi obat penambah darah sesuai anjuran.
Kelima, anak tidak diberi kesempatan inisiasi menyusui dini atau IMD. Ada pula yang melakukan tapi caranya salah. Bayi hanya diletakkan di area puting susu ibu, dan dianggap selesai.
"Padahal yang kita inginkan, bayi bergerak sendiri dari perut ibu untuk mencari puting susu ibu," terang Rita.
Keenam, ambatan lain adalah adanya persepsi bahwa ibu melahirkan pasti dalam kondisi kelelahan sehingga bayi dan ibu pisah kamar agar ibu bisa beristirahat.
Baca Juga: Program Cegah Stunting Berbasis Keluarga di Wonosobo, Seperti Apa?