Doomscrolling, Saat Seseorang Kecanduan Menelusuri Berita Buruk

Kamis, 30 Juli 2020 | 15:05 WIB
Doomscrolling, Saat Seseorang Kecanduan Menelusuri Berita Buruk
Ilustrasi bermain gadget. (pixabay/StockSnap)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini membuat banyak orang lebih sering tinggal di rumah dan menghabiskan waktu di media sosial. Hal ini pun menimbulkan kebiasaan yang disebut dengan doomscrolling

Menurut Merriam-Webster, doomscrolling atau doomsurfing adalah istilah yang menggambarkan kecenderungan untuk terus menelusuri berita buruk, menyedihkan, dan mengecewakan.

Dikutip dari Healthline, doomscrolling merupakan tindakan tanpa henti menelusuri aplikasi berita, Twitter, dan media sosial seseorang dan membaca berita buruk, menurut Ariane Ling, PhD , seorang psikolog dan asisten profesor klinis di departemen psikiatri di NYU Langone Health, New York.

Sebelum pandemi, doomscrolling sudah ada lebih dulu, tetapi orang-orang menelusuri berita buruk yang tidak terkait virus. Sedangkan di masa pandemi ini, banyak orang menjadi korban doomscrolling untuk menelusuri berita terkait virus corona Covid-19.

Baca Juga: Gelombang Kedua Virus Corona Diprediksi Mengancam Orang yang Lebih Muda

Tapi, kenapa seseorang melakukan doomscrolling dan seberapa buruknya kebiasaan itu?

Ilustrasi pasangan kekasih sibuk bermain gadget. [Shutterstock]
Ilustrasi pasangan kekasih sibuk bermain gadget. [Shutterstock]

Ken Yeager, seorang psikiater di Pusat Medis Wexner, Universitas Negeri Ohio dilansir dari Health, menyebut semua orang memiliki otak yang dirancang untuk melihat dan tertarik pada hal negatif karena bisa membahayakan fisik.

Ken Yeager mengatakan kebiasaan ini bisa membuat seseorang merasakan bahaya dan membantu bertahan hidup.

Tapi, Thea Gallagher, PsyD, direktur klinik di Pusat Perawatan dan Studi Kecemasan di Fakultas Kedokteran Universitas Perlman mengatakan di era modern ini, kebanyakan orang justru tidak menyadari senang melakukan ini.

"Semua orang memiliki pertanyaan dan membutuhkan jawaban. Sehingga mereka mengganggap kebiasaan doomscrolling untuk membuatnya merasa lebih baik," jelas The Gallagher.

Baca Juga: Waspada Gejala Kanker Kandung Kemih, Cek Warna Urine Sekarang!

Karena itu, doomscrolling adalah kebiasaan yang sangat menantang cara Anda melihat dunia. Banyak orang tertarik pada doomscrolling, karena mereka merasa memiliki perasaan mampu mengendalikan semua berita buruk.

Faktanya, doomscrolling tidak akan menciptakan kontrol diri, tetapi hanya membuat seseorang yang melakukannya sengsara. Kebiasaan ini membuat seseorang merasa lebih cemas, tertekan dan terisolasi.

Berhenti dari kebiasaan doomscrolling

Demi menghentikan kebiasaan itu, Yeager merekomendasikan untuk mencoba membatasi jumlah waktu yang dihabiskan di media sosial. Anda mungkin perlu menyisihkan 15 menit untuk berpaling dari layar smartphone setiap kali mengakses media sosial.

Lalu ketika waktu mengakses sosial media sudah habis, letakkan smartphone Anda dan jangan menyentuhnya lagi selama sisa hari itu.

Kemudian, latih diri Anda untuk melihat hal-hal positif. "Itu tidak akan terjadi secara alami, Anda harus mengusahakannya," kata Yeager.

Dia merekomendasikan untuk mencari paling tidak tiga hal positif sehari, walaupun itu sepele seperti berpikir bahwa kopi Anda sangat enak pagi ini. "Seiring waktu, pikiran positif ini menjadi lebih bermakna," jelasnya lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI